SyekhMuhammad Arsyad al-Banjari menikah dengan 11 perempuan dan memiliki banyak keturunan hingga ke Malaysia. Ulama fikih mazhab Syafi'i yang bergelar Datuk Kelampayan ini wafat pada 3 Oktober 1812 M dan dimakamkan di Desa Kelampayan, Kecamatan Astambul, Kabupaten Banjar, Kalimantan Selatan.
Penjelasanmengenai tokoh-tokoh penyebaran dan pengembangan islam di indonesia pasca walisongo. terdapat pula deskripsi ulama-ulama, antara lain: Hamzah fansuri, Syaikh Muhammad Arsyad Al-Banjari, Syaikh Yusuf Al-Makassari, Syaikh Abdus Samad al Palimbani, Syaikh Muhammad Nawawi bin Umar al Bantani, Syaikh Kholil, KH Shaleh Darat, beserta karya karyanya dan karomahnya. terdapat pula pembahasan
Tugasagama ULama. di 06.45 Diposting oleh Allief Muh IqTa. Syekh Muhammad Arsyad Nama Syaikh Muhammad Arsyad menempati hati masyarakat Kalimantan dan Indoensia sebagai ulama besar dan pengembang ilmu pengetahuan dan agama. Belum ada tokoh yang mengalahkan kepopuleran nama Syaih Arsyad Al-Banjari. Karya-karyanya hinga kini tetap dibaca orang di
Danbeljarnya 60 wali agung itu mnurut saya jika mmang benar merupakan bntuk karomah dari beliau, tdak mnutup kmungkinan bukan yg di maksudkan maqom, bukankah beliau (Syekh Ahmad At tijaniy) adalah murid dari Syekh Samman Al madaniy dan teman Syekh Muhammad Arsyad Al banjari, dan mnurut Guru sekumpul murid beliau yg nomer satu adalah Syekh
RelayAl Karomah TV: Puncak Acara Haul ke 49 KH. Muhammad Sya'rani Arief Haji Hasanuddin bin Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari Belajar di Mekkah Anang Sya'rani Arif al-Banjari Sebelum dia wafat, Syekh Anang Sya'rani berwasiat dan menunjuk KH.Muhammad Salim Ma'ruf sebagai gantinya menjadi Pimpinan di Madrasah Darussalam sepeninggalnya
Dịch Vụ Hỗ Trợ Vay Tiền Nhanh 1s. - Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari adalah seorang ulama besar yang berasal dari Kerajaan Banjar di Martapura, Kalimantan Selatan. Ia lahir di Martapura, yang menjadi salah satu pusat keagamaan Islam di Indonesia pada abad ke-16. Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari berperan besar dalam penyebaran Islam pada abad merupakan pengarang Kitab Sabilal Muhtadin, yang menjadi rujukan bagi para mahasiswa yang mendalami agama Islam di Asia Tenggara dan Mesir. Baca juga Syekh Nawawi al-Bantani, Ulama Banten yang Mendunia Masa muda Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari lahir di Martapura, Kalimantan Selatan, pada 17 Maret 1710 M atau 1122 asli Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari adalah Sayyid Ja'far Al-Aydarus. Ia kemudian mendapat julukan Datu Kalampaian. Sejak kecil hingga dewasa, ia belajar agama Islam langsung dari keluarganya. Di samping itu, ia juga diberikan pelatihan membuat kaligrafi. Sekitar umur 30 tahun, Muhammad Arsyad al-Banjari ingin melanjutkan pendidikannya ke Tanah Suci Mekkah. Keinginan itu dikabulkan oleh pemerintah Kesultanan Banjar pada 1739. Baca juga Biografi Abah Guru Sekumpul, Ulama Besar dari Kalimantan Selatan Belajar di Mekkah Muhammad Arsyad al-Banjari berangkat ke Arab dan melakukan ibadah haji terlebih dulu. Setelah itu, ia bermukim di Haramain selama beberapa tahun untuk menuntut ilmu agama Islam.
ArticlePDF Available AbstractThe story of the Datu is a story in the form of a legend that tells the role of the Datu in developing society and spreading Islamic teachings. The legend of Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari is a story from Martapura, which has an important role in the spread of Islam in South Kalimantan. This study will discuss the legend of one of the Datu who spread Islam in Banjar Regency, namely Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. The objective of this study is to describe the myth of Syekh Muhammad Arsyad alBanjari, the story of his life, and the sacredness of Syekh Muhammad Arsyad alBanjari. Using the ethnographic descriptive method, it will reveal the influence that emerged from the legend of Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari in the Banjar society. This method has shown that the legend of Syekh Muhammad Arsyad alBanjari has shaped the character of the Martapura people. They like studying and care about the development of educational facilities and infrastructure, such as Islamic boarding schools, and view of sacredness as a part of science, not as a focus in studying and worshi Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. LEGENDA SYEKH MUHAMMAD ARSYAD AL-BANJARI DAN PENGARUHNYA PADA MASYARAKAT BANJAR The Legend of Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari and the Impact on Banjar Society Dede Hidayatullah Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Selatan Jalan A. Yani km. 32,2 Loktabat Banjarbaru Kalimantan Selatan 08125026715, Pos-el dayatdh Disetujui 13 Oktober 2020 Abstrak. Cerita para datu merupakan cerita dalam bentuk legenda yang menceritakan kiprah para datu dalam membina masyarakat dan menyebarkan ajaran Islam. Legenda Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari merupakan cerita yang terdapat di Martapura yang mempunyai peranan penting dalam penyebaran agama Islam di Kalimantan Selatan. Penelitian ini akan membahas tentang legenda salah seorang datu yang menyebarkan agama Islam di Kabupaten Banjar, yaitu Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Penelitian ini bertujuan menguraikan tentang mitos Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, mendeskripsikan perjalanan hidupnya dan keramat Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah etnografi deskritif. Dengan metode akan diuraikan pengaruh yang muncul dari legenda Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari pada budaya dan kehidupan masyarakat Banjar. Dengan menggunakan metode ini ditemukan bahwa legenda Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari telah membentuk karakter orang Martapura menjadi suka akan ilmu, peduli pada pembangunan sarana dan prasarana pendidikan, yaitu pesantren dan memandang keramat sebagai pelengkap keilmuan, bukan menjadi fokus dalam menuntut ilmu dan ibadah. Kata kunci Kata Kunci legenda, karakter, pesantren, dan ilmu. Abstract. The story of the datu is a story in the form of a legend that tells the role of the datu in developing society and spreading Islamic teachings. The legend of Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari is a story from Martapura, which has an important role in the spread of Islam in South Kalimantan. This study will discuss the legend of one of the datu who spread Islam in Banjar Regency, namely Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. The objective of this study is to describe the myth of Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, the story of his life, and the sacredness of Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Using the ethnographic descriptive method, it will reveal the influence that emerged from the legend of Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari in the Banjar society. This method has shown that the legend of Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari has shaped the character of the Martapura people. They like studying and care about the development of educational facilities and infrastructure, such as Islamic boarding schools, and view of sacredness as a part of science, not as a focus in studying and worship. Keywords legend, character, Islamic boarding school, and knowledge. 1. PENDAHULUAN Suku Banjar mulanya bermukim di hulu aliran sungai Tabalong, yaitu daerah Tanjung Puri. Daerah ini merupakan koloni orang Melayu dari zaman awal Sriwijaya. Di daerah ini terjadi perpaduan jenis dan akulturasi budaya antara orang-orang Melayu, suku Maanyan, Lawangan, dan Dayak Bukit, ditambah suku Ngaju atau Biaju Undas Vol 16, Nomor 2, Desember 2020 169-182 170 serta pedagang-pedagang dari Jawa pantai Utara yang melarikan diri karena adanya penaklukan oleh Mataram. Ketika kerajaan Banjar lahir tahun 1526, penduduknya merupakan campuran dari Ngaju, Melayu, Maanyan, Jawa, suku Bukit, dan suku lainnya yang diikat oleh agama Islam, menggunakan bahasa dan adat istiadat Banjar. Masyarakat ini kemudian berkembang membentuk tiga kelompok subsuku, yaitu Banjar pahuluan, Banjar Batang Banyu, Banjar Kuala. Banjar Pahuluan berasal dari kesatuan etnik Bukit, Banjar Kuala dari kesatuan Etnik Ngaju, dan Banjar Batang Banyu, dari kesatuan etnik Maanyan. Sam`ani et al., 2004 19, lihat juga Daud, 1997 3 Dengan demikian, bentuk keislaman urang Banjar terdiri atas konsepsi-konsepsi yang berasal Melayu, pengaruh kepercayaan Hindu, dan warisan kepercayaan Dayak, yang menjadi pembentuk suku Banjar. Islam menjadi ciri dan identitas orang Banjar. Masyarakat Banjar merupakan masyarakat agamis. Masyarakat yang memegang teguh keyakinan agamanya. Religiusitas urang Banjar ini tercermin dalam sastra lisannya seperti pantun, papadah, madihin, mantra, dan juga cerita rakyat. Cerita rakyat yang bercerita tetang Islam dan penyebar Islam pada masa lalu tesebar dalam legenda datu. Legenda Datu ini tersebar dari mulut ke mulut, dari generasi ke generasi sehingga mengakar kuat pada masyarakat Banjar. Penyebaran legenda ini dan sastra lisan lainnya yang dilakukan secara lisan karena masyarakat Banjar merupakan masyarakat yang tidak mengenal aksara, kecuali sesudah abad ke-16. Pada abad ini, urang Banjar mulai mengenal aksara Arab yang digunakan untuk menuliskan bahasa Banjar yang sering disebut aksara Arab Melayu. Oleh karena itu, sangat jarang ditemukan cerita-cerita rakyat, pantun, dan sastra lisan lainnya yang sudah dalam bentuk tulisan, kecuali sebagian dari naskah-naskah lama peninggalan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, dan naskah syair, serta beberapa naskah mantra-mantra yang masih disimpan oleh masyarakat Banjar. Cerita para datu merupakan cerita dalam bentuk legenda yang menceritakan kiprah para datu dalam membina masyarakat dan menyebarkan ajaran Islam. Setiap daerah memiliki cerita para datu yang yang diyakini keberadaannya, seperti cerita Datu Kabul yang menyebarkan Islam dan membangun masjid di Sungai Banar Amuntai kabupaten Hulu Sungai Utara, cerita Datu Abbas di Wasah Kandangan Kabupaten Hulu Sungai Selatan, cerita Datu Sanggul di Kabupaten Tapin, cerita Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari di Martapura Kabupaten Banjar, cerita datu Jamaluddin Sungai Jingah di Banjarmasin, dan lain-lain. Para datu itu menyebarkan agama Islam di daerahnya dengan menggunakan metode dakwah yang berbeda-beda menyesuaikan dengan kondisi dan keadaan daerah tempat mereka berdakwah. Oleh karena itu, legenda para datu ini mengandung falsafah hidup dan kehidupan manusia dan serta nilai-nilai, seperti adat istiadat, kearifan lokal masyarakat, dan moral. Selain itu, para datu tersebut masing-masing mempunyai karamah yang muncul sebagai solusi dalam menghadapi berbagai persoalan. Karamah ini muncul bukan sebagai bentuk pamer, tetapi sebagai jawaban atas persoalan yang sedang dihadapi oleh para datu. Karamah para datu itu Legenda Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari danPengaruhnya pada Masyarakat Banjar Dede Hidayatullah 171 berbeda-beda. Perbedaan itu muncul karena perbedaan persoalan yang dihadapi dan perbedaan kondisi sosial masyarakatnya. Ada beberapa penelitian yang memfokuskan perhatian pada legenda antara lain, seperti Yulianto, Jahdiah, Suminar, & Hidayatullah, 2005 menganalisis secara semiotik tentang tokoh mitos dan legendaris dalam sastra Banjar seperti Datu Ambulung, Datu Majuranta, Datu Yujung dan Datu Taksilu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cerita-cerita legenda dan mite itu mempunyai nilai moral dalam simbol dan makna cerita; Hidayatullah, 2017 meneliti tentang motif dan keramat legenda Datu Kabul, hasil penelitian menunjukkan bahwa Datu Kabul mempunyai dua motif, yaitu motif benda berupa mesjid Sungai Banar, dan motif perbuatan. Kedua motif terlihat pada keramat yang ada pada Datu Kabul. Keramat Datu Kabul ada empat, yaitu tubuhnya bercahaya, doanya selalu mustajab, bisa mendatangkan tiang kayu Kurma dari Mekkah untuk pembangunan mesjid Sungai Banar, dan tubuhnya menghilang ketika meninggal. Motif dan keramat Datu Kabul membuat masyarakat sekitarnya mempercayai dan memperlakukan Mesjid Sungai Banar seperti ka`bah, yaitu harus tawaf 7 kali ketika masuk masjid; Laila 2014 meneliti tentang fungsi cerita riwayat Datu Sanggul bagi masyarakat Banjar hasilnya adalah legenda Datu Sanggul diyakini kebenarannya oleh masyarakatnya dan berfungsi sebagai sistem proyeksi, sebagai alat pengesahan kebudayaan dan sebagai alat penekan berlakunya tata nilai masyarakat Banjar, serta sebagai alat pendidikan. Penelitian ini akan membahas tentang legenda salah satu datu yang menyebarkan agama Islam di Kabupaten Banjar, yaitu Legenda Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari atau Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, mitos, dan pengaruhnya terhadap masyarakat Banjar. Legenda Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari dapat digolongkan ke dalam cerita rakyat yang dalam istilah Danandjaja 2002 termasuk dalam tiga golongan besar, yaitu 1 mite myth, 2 legenda legend, dan dongeng foklor hlm. 50. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan tentang legenda Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, mendeskripsikan perjalanan hidupnya dan keramat Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. peneliti kemudian menguraikan pengaruh yang muncul dari legenda Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari masyarakat Banjar. Penelitian ini penting dilakukan karena legenda Syekh Muhammad Arsyad ini sudah mengakar dalam masyarakat di Kabupaten Banjar khususnya dan masyarakat di Kalimantan pada umumnya. Dengan metode etnografi deskritif akan diuraikan hubungan antara budaya masyarakat dengan legenda Legenda Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari atau Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Dewasa ini, dalam revolusi industri semua informasi tersebar luas dalam berbagai media social berbasis online seperti facebook, instagram, youtube, dan whatsApp, banyak bermunculan tulisan dan video yang menceritakan tentang keramat seseorang. Tulisan dan video tentang keramat yang masif ini membuat pembaca dan penonton menganggap bahwa seakan-akan tujuan hidup itu adalah mempunyai keramat itu. Hal ini menyebabkan ada anggapan telah terjadi Undas Vol 16, Nomor 2, Desember 2020 169-182 172 pengkultusan terhadap orang-orang yang mempunyai keramat. Selain itu, adanya segolongan umat yang tidak mempercayai adanya keramat. Kemudian terjadilah perdebatan yang panjang antara golongan yang mempercayai dan meyakini keramat itu ada dan golongan yang tidak mempunyai keramat. Hal ini bisa menyebabkan perpecahan diantara umat Islam. Oleh karena itu, penelitian ini juga akan mengupas tentang keramat Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, penyebab kemunculan keramat, fungsi dan kedudukan keramat. Selain sebagai legenda masyarakat Banjar, dalam hal ini masyarakat yang berada di sekitar wilayah Martapura khususnya dan Kalimantan pada umumnya, menganggap bahwa cerita Syekh Muhammad Arsyad merupakan cerita nyata yang diwariskan sebagai bagian tak terpisahkan dari masyarakatnya. Hal ini karena legenda Syekh Muhammad Arsyad ada hubungannya dengan peristiwa sejarah, yaitu pembuatan Sungai Tuan yang berfungsi sebagai irigasi untuk daerah Kalampayan dan sekitarnya, peninggalan kitab-kitab yang masih tersimpan rapi seperti kitab Sabilal Muhtadin, Tuhfaturragibin, dan kitabun Nikah. Selain itu, sesuai dengan pendapat Danandjaja 2002 Legenda Syekh Muhammad Arsyad ini dianggap oleh masyarakat pemilik cerita sebagai suatu kejadian yang sungguh-sungguh pernah terjadi hlm. 66. Sebagaimana cerita Legenda para datu lainnya, legenda Datu Kabul juga mempunyai wujud berupa peninggalan, seperti kitab-kitab tulisan tangan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, keturunan Syekh Muhammad Arsyad yang melanjutkan dakwahnya tesebar di kawasan nusantara, mulai dari Indonesia, Brunai Darussalam, Malaysia, Thailand dan Saudi Arabi. Dan makam Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari yang dikeramatkan dan dikunjungi ribuan penziarah setiap harinya di daerah Kalampayan Kecamatan Astambul Kabupaten Banjar. Meneliti sastra lisan menurut Endraswara 2018 tidak terlepas dari aspek Budaya. Sastra lisan yang disampaikan dengan lisan, dari mulut ke mulut, mengukir budaya tertentu. Budaya merupakan hasil dari peristiwa dan keadaan historis yang berbeda dan bukan hanya produk lingkungan atau ras. Budaya atau peradaban, adalah keseluruhan kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, kebiasaan, dan kemampuan, serta kebiasaan lainnya yang diakuisisi oleh manusia sebagai anggota masyarakat hlm. 225—229. Meneliti sastra lisan sama dengan meneliti budaya masyarakat pemilik sastra lisan. Meneliti budaya tidak akan terlepas dari tradisi yang ada di masyarakat. Menurut Endraswara 2018, kata kunci dari tradisi adalah memori, seleksi, kelanjutan, pengulangan, dan penemuan hlm. 235. Pembacaan manaqib Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari di masyarakat Banjar adalah seni ingatan yang secara kontinuitas terus diulang-ulang, sehingga menyebabkan memori tentang Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari tetap terpelihara dan terwariskan pada generasi berikutnya. 2. LANDASAN TEORI Pengertian Legenda Sastra lisan adalah karya sastra yang disebarkan secara lisan dari generasi ke generasi. Sastra lisan biasanya bercirikan mempunyai beberapa ciri, yakni 1 sifatnya Legenda Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari danPengaruhnya pada Masyarakat Banjar Dede Hidayatullah 173 tradisonal, muncul dari masyarakat yang tidak melek huruf, dan masih polos; 2 tidak mempunyai pencipta dan melukiskan budaya kolektif masyarakat tertentu; 3 adanya pesan yang ingin disampaikan, bersifar humor dan khayalan. Hal yang utama dalam sastra lisan adalah isi, dan pesan yang ingin disampaikan yang biasanya tidak tersurat, tetapi tersirat dalam sastra lisan tersebut. Selain itu, dampak sosial karya sastra itu merupakan hal terpenting dalam sastra lisan. Wellek & Warren, 1995 111. Teeuw 1984, hlm. 10 mengatakan bahwa dalam sastra lisan manusia Indonesia berusaha untuk mewujudkan hakikat dirinya sendiri bahkan sampai sekarangpun. Untuk manusia zaman sekarang, sastra lisan itu tetap bernilai dan berfungsi apabila dia berusaha mencari makna dan nilai bagi dirinya sebagai manusia. Danandjaya Danadjaya, 2002, mengkalisfikasi enam jenis tradisi lisan beserta dalam berbagai suku di Indonesia, yaitu 1, ungkapan tradisional, 2 bahasa rakyat 3 sajak dan puisi rakyat, , 4 pertanyaan tradisional 5 nyanyian rakyat dan 6 cerita prosa rakyat. Bascom dalam Danadjaya, 2002 membagi prosa rakyat menjadi tiga kelompok besar, yakni 1 legenda legend, 2 mite myth, dan 3 dongeng folktale Berbeda dengan mite yang ditokohi dewa dan dianggap suci, legenda merupakan cerita rakyat yang ditokohi manusia, mempunyai sifat-sifat luar biasa, kelebihan dan juga peristiwa luar biasa. Tempat terjadi legenda adalah tempat seperti yang dikenal sekarang. Djamaris, 1990, hlm. 99-100. Bruvard dalam Danadjaya, 2002, hlm. 67 mengklasifikasikan legenda menjadi empat macam, yaitu 1 legenda keagamaan religious Legend, 2 Legenda alam gaib supernatural legends, legenda perseorangan personal legend, 4 legenda setempat local legend. Legenda Syekh Muhammad Arsyad merupakan legenda keagamaan. Etnografi Hanifah 2010 menyatakan bahwa Etnografi adalah ilmu yang digunakan untuk mendiksripsikan, memaparkan, dan menganalisis budaya susatu suku bangsa. Etnografi merupakan cabang dari antropologi. hlm. 1. menurut Koentjaraningrat 2014 etnografi merupakan deskripsi menyeluruh kebudayaan etnik suku bangsa hlm. 12. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa penelitian etnografi berfokus pada aspek kebudayaan pada suatu suku bangsa, yaitu dengan melihat lokalitas-lokalitas pada kebudayaan tersebut. Tinjauan Definisi dan Konsep Etnografi Menurut Spradley 2007 etnografi tidak sekedar meneliti masyarakat, tetapi bahkan belajar dari masyarakat, yaitu dengan mengambil pelajaran hikmah dari kebudayaan tersebut hlm. 3. Duranti 1997 menyatakan bahwa, etnografi adalah penjelasan secara tertulis mengenai simbol, karaktersitik, aktivitas, organisasi social dari masyarakat tertentu. hlm. 85. Pada dasarnya perhatian utama penelitian etnografi adalah tentang the way of life suatu masyarakat. Esensi penelitian etnografi tidak hanya mengambil simpulan dari kebudayaan masyarakat saja, tetapi juga Undas Vol 16, Nomor 2, Desember 2020 169-182 174 mengambil hikmah dan pelajaran sosial dari kebudayaan tersebut. Etnografi merupakan metode khusus yang memuat karakteristik dan bentuk tertentu, termasuk partisipasi etnografer peneliti etnografi untuk melihat, mendengar, dan memahami kehidupan sehari-hari Setyowati, 2006, hlm. 36. Oleh karena itu, seorang etnografer sebagai bentuk pengamatan dan pengambilan data di lapangan, harus terlibat langsung dalam kehidupan keseharian Koentjaraningrat 2014 menjelaskan tentang kerangka penjelasan yang lebih rinci mengenai etnografi, karena etnografi yang memuat bahan mengenai kesatuan kebudayaan suatu komunitas suku bangsa berdasarkan geografi, ekologi, atau wilayah administratif yang menjadi yang dibagi ke dalam bab-bab dengan urutan yang baku, hlm. 2—3. Menurut Hanifah 2010 untuk memberika penjelasan yang lengkap dan menyeluruh, penelitian etnografi biasanya bersifat holistik-integratif Hanifah, 2010, hlm. 2; lihat juga Mulyana, 2001, hlm. 161. Sebuah budaya telah dianggap holistic-integratif apabila terdiri atas bagian-bagian yang tidak dapat terpisahkan karena interaksi bagian-bagian dari kebudayaan telah menyatu Mantja, 2007, hlm. 7. Etnografi juga memiliki karakteristik seperti; pertama, menggali atau meneliti secara mendalam fenomena sosial terjadi didalam masyarakat tertentu. Kedua, perolehan data yang tidak terstruktur akibat dari perbedaan persepsi antar personal dan kelompok sosial. Ketiga, kasus atau sampel sedikit, karena penelitian etnografi menggunakan pendekatan induktif, artinya kesimpulan yang didapat didasarkan dari yang khusus menjadi umum. Keempat, dilakukan analisis data dan interpretasi data tentang arti dan tindakan manusia human action. Hal yang paling menarik dari etnografi adalah menarik simpulan atas prilaku dan sikap sosial dari suatu masyarakat tertentu Atkinson & Hammersley, 1994, hlm. 250. Menurut Ahimsa Putra telaah etnografi di Indonesia, didasarkan pada gaya penulisannya, sehingga menyimpulkan empat tipe etnografi, di antaranya; etnografi awam, laci positivisme, analisis, dan kritis Ahimsa-Putra, 1987, hlm. 8. Untuk memudahkan dalam penagamatn fenomena social dan interpretasi data yang didapat, seorang peneliti etnografi harus terlibat langsung dalam waktu yang lama dalam masyarakat tersebut. Dalam penelitian sastra lisan, Crapanzano dalam Endraswara, 2018 memberikan rambu-rambu bahwa etnografer harus mendeskripsikan aspek budaya dalam sastra lisan, dalam hal ini adalag legenda Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari hlm. 211. 3. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode etnografi. Penelitian ini menguraikan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari mitos-mitos dan keramat yang dipercaya masyarakatnya, budaya yang ada didalamnya, dan pengaruh legenda Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari pada masyarakatnya. Metode etnografi adalah strategi pencapaian etnigrafi Legenda Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari danPengaruhnya pada Masyarakat Banjar Dede Hidayatullah 175 dalam mendiskripsikan sesuatu dari lapangan penelitian sastra lisan. Metode etnografi adalah strategi pendiskripsian pola-pola komunikasi suatu suku bangsa di wilayah tertentu. Etnografi sastra lisan berarti pendeskripsian sastra lisan berdasarkan pemahaman entitas Endraswara, 2018, hlm. 211. Dengan metode etnografi ini dapat diperoleh Legenda Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, mitos dan keramat dan pengaruhnya terhadap masyarakat Banjar. Data primer penelitian ini adalah cerita tentang Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari didapat dari wawancara dengan tokoh masyarakat, dan manaqib Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Sedangkan data sekunder dari penelitian ini adalah buku-buku legenda cerita rakyat seperti buku Sastra Lisan Banjar 1978 hasil penelitian Sunarti, et al. dan buku-buku lain yang berhubungan dengan penelitian ini. Dari semua data tersebut, peneliti menguraikan secara singkat cerita Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Setelah itu, medeskripsikan perjalanan hidupnya dan keramat Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. peneliti kemudian menguraikan pengaruh yang muncul dari legenda Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari masyarakat Banjar. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Legenda Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari adalah galar Maulana Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah Al-Banjari. Sidin lahir 15 Shafar 1122 H atawa 19 Maret 1710 M di Kampung Lok Gabang, wan maninggal di Dalam Pagar 6 Syawwal 1227 H atawa dengan 13 Oktober 1812 M baumur 105 tahun wan dikuburakan di Kalampayan, kacamatan Astambul, kabupatin Banjar kurang labih 56 Km, matan Banjarmasin. Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari adalah ulama nang sangat bawiwaba wan bapangaruh. Sidinlah nang bausaha banar wan paling baparan dalam kisah sajarah pengembangan agama Islam di Kalimantan sampai ka saluruh nusantara. Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari orang nang gigih banara mampertahankan wan mangembangkan faham Ahlus Sunnah wal Jama’ah, yaitu tauhid nang bapingkut lawan faham Asy’ariah wan Maturidiyah, wan Mazhab Imam Syafi’i biwang Ilmu Fiqih, wan tasawuf bapingkut ajaran Junaidi al-Bugdadi. Sidin jua katuju manulis kitab sagan diajarkan lawan masyarakat. Waktu halus, Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari bangaran Muhammad Ja’far. Sidin anak panuhanya lima bawangsanak katurunan Abdullah dengan Siti Aminah. Dangsanak sidin nang lain; Haji Muhammad Arsyad; Haji Zainal Abidin; Abidin; Diang Panangah; dan Normin. Waktu baumur 7 tahunan, Muhammad Arsyad kacil fasih banar mambaca Al-Qur’an. Sampai-sampai sultan maangkat anak lawan sidin karna takjub lawan bacaan wan jua lukisan sidin nang asri banar, lalu sidin dibawa ka istana sagan dilajari ilmu lainnya. Bakat wan kapintaran Syekh Muhammad Arsyad kalihatan banar. Lalu Sultan manulakakan sidin ka Makkah sagan mempelajari ilmu agama pas baumur usia 30 tahun. Sultan baharap, ilmu nang didapat Syekh Muhammad Arsyad di Tanah Suci itu kawa dilajarakan lagi lawan urang Banjar nang ada di banua. Sakira urang Banjar batambah jua pengetahuan agama wan ibadahnya. Di Tanah Suci Makkah wan Madinah, sidin mangaji lawan ulama masyayikh nang masyhur wan terkanal waktu ngintu, nang kaya Syekh Athaillah bin Ahmad Al-Mishri Al-Azhar, Syekh Muhammad bin Sulaiman Al-Kurdi, Madinah. Sidin sampat manulis kitab nang bangaran fatawa Sulaiman Kurdi hasil mangaji baduaan wan batakun masalah pajak nang ada di karajaan Banjar. Syekh Muhammad bin Sulaiman Al-Kurdi digalari orang Syaikhul Islam Imamul Haramain nang kala itu datang matan Mesir, sidin ini yaitu Syekh Muhammad Sulaiman Al-Kurdi adalah pengarang kitab Hawasyil Mawaniyyah syarah Ba Fadal masalah fiqih, Undas Vol 16, Nomor 2, Desember 2020 169-182 176 Syekh Muhammad bin Abdu Karim As-Sammany Al-Mawanny dalam ilmu tasawuf sidin mendapat ijazah tammah sagan maajarakan wan maijazahakan tareqat sammanaiyah wan manjadi Khalifah tammah jua dari Syekh Muhammad bin Abdu Karim As-Sammany Al-Mawanny, Syekh Ahmad bin Abdul Mun’im Ad-Damanhuri, Syekh Sayyid Abdul Faydh Muhammad Murtadha’Az-Zabidi, Syekh Hasan bin Ahmad’Akisy Al-Yamani, Syekh Salim bin Abdullah Al-Bashri, Syekh Shiddiq bin Umar Khan, Syekh Abdullah bin Hijazi bin Asy-Syarqawi, Syekh Abdurrahman bin Abdul Aziz AlMaghrabi, Syekh Sayyid Abdurrahman bin Sulayman Al-Ahdal, Syekh Abdurrahman bin Abdul Mubin Al-Fathani, Syekh Abdul Ghani bin Syekh Muhammad Hilal, Syekh’Abid As-Sindi, Syekh bdul Wahab Ath-Thanthawi, Syekh Maulana Sayyid Abdullah Mirghani, Syekh Muhammad bin Ahmad Al-Jawahir, Syekh Muhammad Zayn bin Faqih Jalaluddin Aceh. Waktu di Makkah, Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari bakawal wan baangkatan dingsanak lawan panuntut-panuntut ilmu setanah air lainnya, nang kaya Abdul Wahhhab Bugis Sailikin matan Makassar, Abdus Samad matan Palembang pengarang kitab Siyarus Salikin wan Hidayatus Salikin wan Abdur Rahman Masri matan Betawi Jawa. Konon manurut kisah di Makkah itu, sidin sawat jua bakawan wan Datu Sanggul Abdus Samad, sidin diberi kitab nang masyhur bangaran Kitab Barencong olih Datu Sanggul. Tiga puluh tahunan labih mangaji di makkah wan madinah, Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari kawa manguasai banyak biwang ilmu agama, nang kaya ilmu fiqih, ilmu tasawuf, usul fiqih, Bahasa Arab, nahwu, sharaf, balaghah, wan lain-lain, lalu ilmu falak astronomi, matematika, wan ilmu umum nang kaya seperti ilmu politik serta pamarintahan. Kada awas imbah ngintu sidin bapadah wan guru sidin nangbangaran Syekh Sulaiman Kursi handak manyambung mangaji lagi di Mesir. Tapi jar guru sidin, baik bulik haja maajar di nusantara maamalakan ilmu. Akhinya empat sekawan matan tanah Jawi bulik ka kampung halamannya masing-masing. Imbah lawas di jalan, buhannya ngintu sapai di tanah Betawi Jakarta. Syekh Muhammad Arsyad wan kawan-kawan disambut oleh para ulama wan orang banyak dengan gembira. Kurang labih 60 hari bamadam di Betawi Jakarta, sidin bajalanan ka babarapa masigi. Berkat beberapa karamah kaahlian nang sidin miliki, sidin dapat membetulkan arah kiblat masjid nang kurang pas arahnya. Mesjid nang sidin baiki arah kiblatnya antaranya Mesjid Jembatan Lima, Mesjid Luar Batang, wan Mesjid Pekojan. Pada bulan Ramadhan 1186 H 1772 M sampai sidin di tanah Banjar. Kadatangannya disambut mariah oleh karajaan wan seluruh rakyat Banjar. Syekh Muhammad Arsyad dianggap raja matan bahari sudah jadi kulawarga karajaan, jadi sidin dapat jua tanah pambagian Sultan Tahmidullah II di luar kota Martapura, di higa sungai martapura. Tanah ngini sidin ulah jadi kampung wan jadi majlis jua madrasah sagan maajar ilmu nang sidin dapat di Makkah Madinah. Syekh Muhammad Arsyad banyak jua manulis kitab. Ada nang ringkas ngarannya risalah. Ada jua nang panjang ngarannya kitab. Awanang gasan umum, ada jua gasan khusus urang nang sidin liat sudah pas dapat ilmu ngintu. Ada nang sagan lalakian wan bibinian, ada jua nang khusus sagan bibinian haja. Kitab karangan sidin ni ada nang mamadahakan labih dri 35 kitab, tapi nang masyhur wan mu’ntabarah wan ada kitabnya sampai wahini, nang kaya 1. Sabilal Muhtadin. Baisi fiqih. 2. Risalah Ushuluddin. Kitab tauhid bahasa melayu tulisan Arab nang ditulis tahun 1188 H. 3. Tuhfatur Raghibin. Baisi tentang tauhid nang ditulis tahun 1188 H. 4. Kanzul Ma’rifah. Baisi tentang ilmu tasawufwan Nur Muhammad. 5. Luqthatul’Aljan. Kitab khusus sagan babinina nang membahas fiqih bibinan. 6. Kitab Faraid. Baisi cara babagi waris. 7. Al-Qawlul Mukhtashar nang mabahasa kisah Imam Mahdi. Ditulis tahun 1196 H. 8. Kitab Ilmu Falak. Baisi ilmu falaq atawa astronomi. 9. Fatawa Sulayman Kurdi. Baisi tentang fatwa-fatwa guru sidin Sulayman Kurdi bakaitan lawan pajak nang dipungut olih kerajaan Banjar. Legenda Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari danPengaruhnya pada Masyarakat Banjar Dede Hidayatullah 177 10. Kitabun Nikah. Baisi cara bakakawinan dalam hukum Islam. Selain itu, pula karya tulis sidin berupa mushaf Al-Qur’an tulisan tangan sidin dalam ukuran besar wan khat nang sangat indah,t erdiri dari 3 jilid. Satiap jilidnya sapuluh juz haja. sampai wahini quran ini masih kawa dilihat nang sajilid di Museum Nasional Lambung Mangkurat Banjarbaru Kalimantan Selatan. Kitab-kitab karangan Syekh Muhammad Arsyad sampai wahini masih dijadiakan kajian wan dilajarakan, serta dijadikan kitab rujukan dalam baibadah, nang utama kitab Sabilal Muhtadin. Kitab Sabilal Muhtadin ini dilajarakan luas di Asia Tenggara bahkan sampai ka Makkah wan Mesir. Ini merupakan salah satu karamah kemuliaan sidin. Karamah Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari mempunyai beberapa karamah seperti. 1. Ketika masih kecil, sewaktu beliau tidur di istana, badannya terangkat kurang lebih sehasta. Diceritakan bahwa ketika Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari sudah tinggal di istana kerajaan Banjar, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari mempunyai karamah pada waktu kecil, yaitu badannya terangkat kira-kira sehasta atau kurang lebih 1,5 meter dari tempat tidur. Wayah suatu malam awak Muhammad Arsyad halus taangkat pas waktu guring kira-kira sahasta matan wadah kaguringan di istana. Pangawal wan buhan menteri di istana pada malam itu takejut banar melihatnya, imbahtu dipingkutilah oleh menteri akan bawan Tuan Syekh Muhammad Arsyad, sidin pun terbangun manangis. Lalu pangawal istana bakisah hal itu kepada sidin. Sidin pun menjawab bahwa sidin tadi rahatan bamimpi batemu lawan orang tuha nang handak membawa sidin ka atas langit. Imbah kajadian nang luar biasa nagintu Sultan batambah sayang lawan sidin wan jua sidin dapat kaistimiwaan nang liwar di istana. Pada suatu malam ketika beliau sedang tidur, badan beliau terangkat kira-kira sehasta dan tempat tidur di Istana. Pengawal dan para menteri di Istana pada malam itu sangat terkejut sekali melihatnya dan kemudian memeganglah oleh menteri akan badan Tuan Syekh Muhammad Arsyad, beliau pun terbangun dan menangis. Kemudian pengawal Istana pun menceritakan hal itu kepada beliau, beliau pun menjawab bahwa beliau sedang bermimpi bertemu dengan seorang tua yang hendak membawa beliau ke atas langit. Maka dengan terjadinya keajaiban tadi Sulthan pun bertambah sayang terhadap beliau dan mendapat keistimewaan luar biasa di Istana.’ Peristiwa terangkatnya tubuh Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari kecil ini sama dengan yang terjadi pada Sunan Giri kecil yang waktu itu masih bergelar Raden Samudera, di Padepokan Ampel Denta Ampel. Peristiwa ini menunjukkan bahwa beliau merupakan orang yang terpilih, dipilih dan diberi kemuliaan oleh Allah sejak kecil hingga masa tuanya. Dengan peristiwa ini juga membuat Sultan Tahmidullah semakin sayang kepada Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. 2. Membetulkan arah kiblat di Masjid Jembatan Lima Jakarta. Setelah belajar beberapa tahun di istana, pada usia 30 tahun Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari berangkat ke Haramain, yaitu Mekkah dan Madinah untuk menuntut ilmu. Di Haramain ini Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari menghabiskan waktu selama 30 puluh tahun untuk belajar, 25 tahun Undas Vol 16, Nomor 2, Desember 2020 169-182 178 di Mekkah dan 5 tahun di Madinah. Selama 30 tahun itu beliau banyak belajar tentang berbagai macam ilmu, seperti fiqih, tauhid, tasawuf, ilmu pendidikan, matematika, geografi dan astronomi. Bahkan beliau menguasai 33 macam ilmu tersebut. Ilmu yang biasa beliau ajarkan kepada anak cucunya adalah fiqih, tauhid, astronomi, dan tasawuf untuk golongan terbatas. Setelah 30 tahun belajar di Haramain, beliau kemudian pulang, dengan mengambil rute persinggahan yang cukup banyak seperti Pattani Tahiland, Aceh, Riau, Palembang,dan Betawi. Di Betawi ini beliau menemukan beberapa masjid yang arah kiblatnya kurang tepat menurut perhitungan ilmu falaq atau astronomi. Namun, masyarakat setempat tidak bisa menerima bahwa mesjid mereka tidak tepat arah kiblatnya. Akhirnya setelah berdebat dengan ilmu pengetahuan belum bisa meyakinkan masyarakat setempat bahwa arah kiblatnya kurang tepat, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari kemudian mengangkat tapak tangannya, dari situ terlihat jelas ka’bah yang berada di Mekkah dan merupakan arah kiblat, dan ketidaktepatan arah kiblat masjid tersebut. Di Betawi ngini sidin malihat ada masigit nang arah kiblatnya kurang pas manurut hitungan ilmu falaq atau astronomi. Lamun, masyarakat situ kada mau manarima mesjid buhannya salah arah kiblatnya alias kada pas ka kiblat arahnya. Lawas kalawasan bapandir ilmu falaq, lalu ai sidin maangkat talapak tangan, matan situ kalihatan banar ka’bah nang berada di Mekkah wan merupakan arah kiblat, wan kada pasnya arah kiblat masjid nangintu. Barkat karamah keahlian nang sidin miliki, sidin kawa mambujurakan arah kiblat masigit nang kada pas. Masigit yang sidin baiki arah kiblatnya adalah Mesjid Jembatan Lima, Mesjid Luar Batang, dan Mesjid Pekojan. Di Betawi ini, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari melihat masjid yang arah kiblat belum pas menurut ilmu falaq atau astronomi. Akan tetapi, masyarakat di sana tidak menerima kalau masjid itu salah arah kiblat, setelah dijelaskan dengan menggunakan ilmu falak, tetapi tidak menerima juga, belia kemudian mengangkat telapak tangannya. Dari situ terlihat secara nyata ka’bah di Mekkah yang merupakan arah kiblat dan melencengnya arah kiblat masjid itu. Berkat beberapa karamah keahlian yang Syekh Arsyad miliki, beliau dapat membetukan arah kiblat masjid yang kurang tepat. Adapun Mesjid yang diperbaiki arah kiblatnya adalah Mesjid Jembatan Lima, Mesjid Pekojan, dan Mesjid Luar Batang.’ Karamat memperlihatkan ka’bah dari tapak tangan ini muncul setelah beliau menjelaskan secara rinci terlebih dahulu dengan menggunakan ilmu astronomi tentang ketidaktepatan arah kiblat masjid. 3. Mengetahui kedalaman lautan dari melihat warna permukaannya. Karamah ini sebetulnya adalah kemampuan dan kepandaian, serta kecerdikan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari dalam melihat fenomena alam, yang didukung dengan pengetahuannya yang luas dalam bidang geografi, matematika, dan astronomi. Karamah Mengetahui kedalaman lautan dari melihat warna permukaannya ini bisa dilakukan oleh semua orang, asal orang tersebut sudah bisa mengenal fenomena alam dan menguasai paling tidak dua ilmu, yaitu ilmu astronomi dan ilmu geografi. Dalam karamah ini, ada hal lain Legenda Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari danPengaruhnya pada Masyarakat Banjar Dede Hidayatullah 179 yang menyebabkan bahwa pengetahuan, kemampuan, dan kepandaian, serta kecerdikan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari dalam melihat fenomena alam ini dimasukan dalam karamah ini. Hal itu adalah bahwasanya setiap ucapan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari ini dibuktikan dengan bukti empiris yaitu diukur langsung dengan menggunakan alat ukur, sehingga ketepatannya sangat akurat. Hal ini menunjukkan bahwa Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari tidak sekedar mengira-ngira saja, tetapi memang mengetahui kedalaman lautan itu dengan anugerah Allah yang didukung dengan kemampuan dan kepandaian, serta kecerdikan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari dalam melihat fenomena alam, serta pengetahuannya yang luas dalam bidang geografi, matematika, dan astronomi. Karamat yang ketiga ini merupakan karamat yang muncul ketika Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari berhadapan dengan orang Belanda, dan beliau dicoba dengan berbagai hal yang tidak masuk diakal. Namun, dengan kemampuan dan karamat serta qudrat dari Allah, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari bisa menghadapi orang Belanda yang menguji beliau tersebut, bahkan menjadikan orang-orang Belanda itu menghormati dan memuliakan beliau. Orang Belanda memberi gelar kepada Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari dengan gelar Tuan Haji Besar’. Gelar ini menunjukkan rasa kagum dan hormat orang Belanda kepada Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Pembahasan Seperti yang sudah disampaikan oleh Endraswara 2018, meneliti sastra tidak terlepas dari aspek budaya masyarakatnya. Sastra lisan yang disampaikan dengan lisan, dari mulut ke mulut, mengukir budaya tertentu. Demikian juga dengan legenda Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Legenda Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari adalah memori masyarakat Banjar yang terus diulang-ulang terutama pada saat pembacaan manaqib yang dilakukan setiap tahun secara rutin pada waktu wafatnya pada setial tanggal 6 Syawal. Selain itu, pembacaan manaqib ini juga dilakukan pada waktu yang lain yang tidak terikat dengan hari wafatnya. Pengulangan pembacaan manaqib secara kontinuitas ini membawa pengaruh yang kuat terhadap pembentukan budaya dan karakter orang Banjar khususnya orang Martapura dan garis keturunan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Ada beberapa hal yang bisa disimpulkan dari legenda Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari yang mempengaruhi terhadap budaya dan karakter orang Banjar dan zurriyatnya. Pertama, belajar dan mengajar sepanjang umur seperti yang diceritakan dalam Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, bahwa pada umur 7 tahun beliau sudah dididik di istana kerajaan Banjar. Kemudian pada umur 30 tahun beliau melanjutnya pendidikannya di mekkah dan Madinah Selama 30 tahun. Hal ini membuat masyarakat Banjar khususnya Martapura dan zuriyatnya menjadi terpicu dan mengikuti langkah beliau untuk terus belajar menuntut ilmu. Ada beberapa ulama besar yang merupakan garis keturunannya seperti Mufti Jamaluddin, Abdurrahman Siddiq Safat Mufti Kerajaan Indragiri Hilir, Kyai Kasyful Anwar pendiri Pondok Pesantren Darussalam Martapura, Kyai Sya’rani Arif, seorang ahli hadis dan juga pimpinan pondok pesantren Darussalam Undas Vol 16, Nomor 2, Desember 2020 169-182 180 1959-1969, dan Guru Sekumpul, serta masih banyak lagi ulama-ulama yang lain. kedua, terlihat geliat pertumbuhan pesantren di kabupaten Banjar pada khususnya dan Kalimantan Selatan pada umunya sebagai sarana dalam mencari ilmu agama seperti yang dilakukan oleh Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari. Di Kabupaten Banjar sendiri, ada pesantren pertama yang dibangun oleh Syekh Muhammad Arsyad yang sekarang bernama Sullamul Ulum di desa Dalam Pagar. Kemudian ada pesantren Darussalam yang menjadi tujuan utama para santri. Lalu ada pesantren tahfiz Darussalam, pesantren takhasus Darussalam, pesantren Darul Makrifah, pesantren Hidayatullah Bincau, Pesantren Mangun Jaya, pesantren Annur Masykuriyah Sekumpul, dan lain-lain. Yang ketiga, bahwa keramat yang yang dipunyai Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari merupakan keramat atau mitos yang didasari dari sumber yang ilmiah. Keramat ini hanya sebagai penguat dari argumentasi yang disampaikan oleh Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari sehingga lebih meyakinkan pada lawannya. Keramat bukanlah yang utama, istiqamah dalam belajar dan beribadah jauh lebih utama dan bermakna. Sama dengan penelitian Laila 2014 yang meneliti fungsi cerita riwayat Datu Sanggul bagi masyarakat Banjar, sebagai sistem proyeksi, sebagai alat pengesahan kebudayaan dan sebagai alat penekan berlakunya tata nilai masyarakat Banjar, serta sebagai alat pendidikan. Bahkan, legenda Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari bisa membentuk karakter orang Banjar, terutama orang Martapura, Kabuapten Banjar. Seperti juga penelitian Hidayatullah, 2017 yang meneliti motif dan keramat legenda Datu Kabul yang mampu membuat membuat masyarakat sekitarnya mempercayai dan memperlakukan Mesjid Sungai Banar seperti ka`bah. Maka, penelitian ini juga mempengaruhi cara urang Martapura menjalani kehidupan dengan lebih mengutamakan, ilmu pengetahuan, dalam hal ini adalah ilmu agama. 4. PENUTUP Simpulan Legenda Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari menceritakan belajar dan mengajar sepanjang hidup. Dimulai dari belajar di kerajaan Banjar sampai di Haramain, sesudah itu beliau mengajar sepanjang umurnya untuk masyarakat Banjar. Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari mempunyai keramat yang didasari dari sumber yang ilmiah. Keramat ini bukanlah tujuan dari ilmu syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, tetapi hanya sebagai penguat dari argumentasi yang disampaikan oleh Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari sehingga lebih meyakinkan pada lawannya. Istiqamah lebih baik dari 1000 Keramat. istiqamah dalam menuntut ilmu dan beribadah lebih baik dan lebih utama. Legenda Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari merupakan legenda yang mempunyai pengaruh yang besar dalam membentuk karakter orang Banjar, terutama orang Martapura dan keturunnya. Legenda ini sangat membekas diingatan orang Martapura dan orang Kalimantan karena ada pengulangan yang kontinue yang dilakukan dengan pembacaan manaqib setiap tahunnya. legenda Syekh Legenda Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari danPengaruhnya pada Masyarakat Banjar Dede Hidayatullah 181 Muhammad Arsyad al-Banjari telah membentuk karakter orang Martapura menjadi orang yang suka menuntut ilmu agama, bahkan menjadi rujukan dalm ilmu agama di Kalimatan Selatan. DAFTAR PUSTAKA Ahimsa-Putra, H. S. 1987. Etnografi sebagai kritik budaya Mungkinkan di Indonesia? Jerat Budaya, 11, 1–9. Atkinson, P., & Hammersley, M. 1994. Etnography and participant observation. In Handbook of Qualitative Research pp. 249–261. Sage Thousand Oak. Danadjaya, J. 2002. Folklor Indonesia Ilmu Gosip, Dongeng, dan lain-lain. Jakarta Grafiti. Danandjaja, J. 2002. Folklor ilmu gosip, dongeng, dll. jakarta Pusaka Utama Grafiti. Daud, A. 1997. Islam dan masyarakat banjar. Jakarta PT. Raja Grafindo Persada. Djamaris, E. 1990. Menggali Khazanah Sastra Melayu Klasik. Jakarta Pustaka Jaya. Duranti, A. 1997. Lingusitic anthropology. California Cambridge University Press. Endraswara, S. 2018. Antropologi sastra lisan Perspektif, teori, dan praktik pengkajian I. Jakarta Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Hanifah, N. 2010. Penelitian Etnografi dan Penelitian Grounded Theory. Jakarta Akademi Bahasa Asing Borobudor. Hidayatullah, D. 2017. Legenda Datu Kabul dan mesjid Sungai Banar Analisis motif dan keramat. Undas, 131, 35–47. Retrieved from Koentjaraningrat. 2014. Pengantar ilmu antropologi. Jakarta Rineka Cipta. Laila. 2014. Fungsi Cerita Riwayat Datu Sanggul Bagi Masyarakat Banjar. In D. Hidayatullah, Saefuddin, W. Rakhman, & N. Kurniasih Eds., Bunga Rampai Sastra tahun 2014 1st ed., pp. 20–41. Banjarbaru Balai Bahasa Kalimantan Selatan. Mantja, W. 2007. Etnografi desain penelitian kualitatif pendidikan dan manajemen pendidikan. Malang Elang Press. Mulyana, D. 2001. Metodologi penelitian kualitatif Paradigma baru ilmu komunikasi dan ilmu sosial lainnya. Bandung PT. Remaja Rosdakarya. Sam`ani, M., AsmoeniA. Rachman, Kusmartono, V. P. R., Hadijah, S., Kawi, D., Subaikto, B., … ed., W. 2004. Sejarah Banjar M. S. Ideham, Syarifuddin, G. Usman, Z. A. Anis, & W. ed., Eds.. Banjarmasin Badan Penelitian dan Pengembangan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan. Setyowati. 2006. Etnografi sebagai metode pilihan dalam penelitian kualitatif di keperawatan. Jurnal Keperawatan Indonesia, 101, 35–40. Spradley, J. P. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta PT. Tiara Wacana Yogya. Undas Vol 16, Nomor 2, Desember 2020 169-182 182 Teeuw, A. 1984. Sastra dan Ilmu Sastra Pengantar Teori Sastra. Jakarta Pustaka Jaya – Giri Mukti Pusaka. Wellek, R., & Warren, A. 1995. Teori Kesusastraan 4th ed.; M. Budianta, Ed.. Jakarta Gramedia. Yulianto, A., Jahdiah, Suminar, C., & Hidayatullah, D. 2005. Tokoh Mitos dan Legendaris dalam Sastra Daerah Banjar Suatu Analisis Semiotik. Banjarbaru. ... Ada beberapa penelitian cerita rakyat Banjar yang sudah dilakukan. Ada penelitian yang menguraikan mitos Yulianto, 2006;Saefuddin, 2019 dan mitos Banjir Hidayatullah, 2021; legenda Datu Kabul Hidayatullah, 2017 dan legenda Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari Hidayatullah, 2020; dan cerita rakyat Datu Sanggul Laila, 2014, Cerita Rakyat Putri Gumbili Dengan Bambang Haruman Patricia, 2019; cerita rakyat Si Angui Durhaka Lawan Khuitan, Haji Arif Nang Wanik, dan Radin Pangantin Asnawi, 2020 cerita rakyat Patih Empat Laila, 2021 cerita rakyat karang Intan Kabupaten Banjar Hestiyana, 2018 sage Banjar Yulianto et al., 2020 serta fabel Yulianto, 2000. ...... Kabupaten Pesantren Hidayatullah, 2020. Sebagaimana dalam cerita rakyat Kalimantan Selatan yang berjudul "Mencari Ilmu Berumah Tangga", ilmu itu harus dituntut dan dicari Ismail et al., 1981, hlm. ...Nidya Triastuti PatriciaDede HidayatullahAbstrak Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bagaimana kearifan orang Banjar dalam berumah tangga yang tergambar dalam cerita rakyat Kalimantan Selatan “Mencari Ilmu Berumah Tangga”. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Sumber data primer penelitian ini adalah cerita rakyat Banjar yang berjudul “Mencari Ilmu Berumah Tangga” yang diperoleh dari buku Cerita Rakyat Daerah Kalimantan Selatan hasil penelitian Drs. Abdurrahman Ismail, dkk. yang diterbitkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dengan cara teknik dibaca dan dicatat, yaitu dengan mencatat dan mengkalsfikasi kearifan lokal yang terdapat dalam cerita rakyat “Mencari Ilmu Berumah Tangga”. Hasil penelitian menunjukkan adanya karifan lokal seperti budaya menuntut ilmu, kesetaraan jender dalam menuntut ilmu, mau bermodal dalam menuntut ilmu, tidak pelit membagi ilmu, tidak memperjualbelikan ilmu dengan cara yang buruk, dan mengaplikasikan ilmu yang berhubungan dengan rumah tangga. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Banjar mengutamakan ilmu dalam setiap sisi kehidupan. Kata kunci kearifan lokal, cerita rakyat, ilmu, dan rumah tangga Abstract This study aims to describe how the wisdom of the Banjarese in the household is depicted in the South Kalimantan folklore “Mencari Ilmu Berumah Tangga”. The method used in this study is the descriptive method. The primary source of data for this study is Banjar folklore entitled “Mencari Ilmu Berumah Tangga” which was obtained from the South Kalimantan Regional Folklore book researched by Drs. Abdurrahman Ismail, et al. published by the Ministry of Education and Culture. Data collection techniques are used by reading and recording techniques, The results showed that there are local wisdom such as the culture of studying, gender equality in studying, being willing to be capitalized in studying, not being stingy in sharing knowledge, not selling knowledge in a bad way, and applying knowledge related to the household. This shows that Banjarese prioritizes knowledge in every side of local wisdom, folklore, knowledge, householdEvery struggle of the ulama/kyai must have obstacles, obstacles and challenges, although relatively different but in principle the same, namely amar ma'rûf nahy munkar. KH. Munawar bin Kyai Badriyah bin Kyai Sarbian the originator and initiator of Islamic syi'ar broadcasters in the past Grinting era 1965s known as Grinting is a black of culture, the village was left behind after being made aware of the importance of education, especially religious education in the 20s years later now different, advanced, high achievers and religious. It even became the village with the best educational participation rate. Through a qualitative approach with a narrative model and historical, descriptive, and literature methods. Success in spreading the mission of Islamic boarding school with its three teaching materials, namely reading the Qur'an, understanding tajwid and having good morals contributed to the millennial era, including in initiating Jam'iyah, and madrasa education. Setyowati SetyowatiAbstrakEtnografi merupakan salah satu metode kualitatif yang tertua dari riset sosial. Metode ini sangat tepat untuk meneliti masalah budaya, dan biasanya selalu terpilih sebagai metode penelitian bidang sosial khususnya antrpologi. Makalah ini akan menjelaskan latar belakang etnografi dengan mendiskusikan sedikit tentang penggunaannya pada penelitian kesehatan khususnya keperawatan. AbstractEthnography is one of the famous and oldest qualitative method that used in social research. This method is very precise to research about culture, and is commonly used in the social especially anthropology researches. This paper will discuss about the use of ethnography in the health research especially in sebagai kritik budaya Mungkinkan di Indonesia?H S Ahimsa-PutraAhimsa-Putra, H. S. 1987. Etnografi sebagai kritik budaya Mungkinkan di Indonesia? Jerat Budaya, 11, ilmu gosip, dongeng, dll. jakarta Pusaka Utama GrafitiJ DanandjajaDanandjaja, J. 2002. Folklor ilmu gosip, dongeng, dll. jakarta Pusaka Utama dan masyarakat banjar. Jakarta PT. Raja Grafindo PersadaA DaudDaud, A. 1997. Islam dan masyarakat banjar. Jakarta PT. Raja Grafindo Khazanah Sastra Melayu KlasikE DjamarisDjamaris, E. 1990. Menggali Khazanah Sastra Melayu Klasik. Jakarta Pustaka DurantiDuranti, A. 1997. Lingusitic anthropology. California Cambridge University sastra lisan Perspektif, teori, dan praktik pengkajian IS EndraswaraEndraswara, S. 2018. Antropologi sastra lisan Perspektif, teori, dan praktik pengkajian I. Jakarta Yayasan Pustaka Obor Etnografi dan Penelitian Grounded TheoryN HanifahHanifah, N. 2010. Penelitian Etnografi dan Penelitian Grounded Theory. Jakarta Akademi Bahasa Asing Datu Kabul dan mesjid Sungai Banar Analisis motif dan keramatD HidayatullahHidayatullah, D. 2017. Legenda Datu Kabul dan mesjid Sungai Banar Analisis motif dan keramat. Undas, 131, 35-47. Retrieved from sue/archive
Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari adalah seorang ulama besar fiqih bermazhab Syafi'i dari Martapura, Kalimantan Selatan yang namanya dikenal luas di seantero nusantara pada akhir abad 18. Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari lahir di Lok Gabang, Martapura 17 Maret 1710. Dia diyakini adalah keturunan Alawiyyin melalui jalur Sultan Abdurrasyid Mindanao, anak-anak pada umumnya, Muhammad Arsyad bergaul dan bermain dengan teman-temannya. Namun pada diri Muhammad Arsyad sudah terlihat kecerdasannya melebihi dari teman-temannya. Begitu pula akhlak budi pekertinya yang halus dan sangat menyukai keindahan. Di antara kepandaiannya adalah seni melukis dan seni tulis. Sehingga siapa saja yang melihat hasil lukisannya akan kagum dan terpukau. Pada saat Sultan Tahlilullah sedang bekunjung ke kampung Lok Gabang, sultan melihat hasil lukisan Muhammad Arsyad yang masih berumur 7 tahun. Terkesan akan kejadian itu, maka Sultan meminta pada orang tuanya agar anak tersebut sebaiknya tinggal di istana untuk belajar bersama dengan anak-anak dan cucu Sultan. Di istana, Muhammad Arsyad tumbuh menjadi anak yang berakhlak mulia, ramah, penurut, dan hormat kepada yang lebih tua. Seluruh penghuni istana menyayanginya dengan kasih sayang. Sultan sangat memperhatikan pendidikan Muhammad Arsyad, karena sultan mengharapkan Muhammad Arsyad kelak menjadi pemimpin yang mendapat pendidikan penuh di Istana sehingga usia mencapai 30 tahun. Kemudian dinikahkan dengan seorang perempuan bernama Tuan istrinya mengandung anak yang pertama, Muhammad Arsyad berkeinginan untuk menuntut ilmu di tanah suci Mekkah. Maka, setelah mendapat restu dari sultan berangkatlah Muhammad Arsyad ke Tanah Suci mewujudkan cita-citanya. Di Tanah Suci, Muhammad Arsyad mengaji kepada masyaikh terkemuka pada masa itu. Di antara guru dia adalah Syekh Athaillah bin Ahmad al-Mishry, al-Faqih Syekh Muhammad bin Sulaiman al-Kurdi dan al-Arif Billah Syekh Muhammad bin Abdul Karim al-Samman al-Hasani itu guru-guru Muhammad Arsyad yang lain seperti Syekh Ahmad bin Abdul Mun'im ad Damanhuri, Syekh Muhammad Murtadha bin Muhammad az Zabidi, Syekh Hasan bin Ahmad al Yamani, Syekh Salm bin Abdullah al Basri, Syekh Shiddiq bin Umar Khan, Syekh Abdullah bin Hijazi asy Syarqawy, Syekh Abdurrahman bin Abdul Aziz al Maghrabi, Syekh Abdurrahamn bin Sulaiman al Ahdal, Syekh Abdurrahman bin Abdul Mubin al Fathani, Syekh Abdul Gani bin Muhammad Hilal, Syekh Abis as Sandi, Syekh Abdul Wahab at Thantawy, Syekh Abdullah Mirghani, Syekh Muhammad bin Ahmad al Jauhari, dan Syekh Muhammad Zain bin Faqih Jalaludin menuntut ilmu, Syekh Muhammad Arsyad menjalin persahabatan dengan sesama penuntut ilmu seperti Syekh Abdussamad al-Falimbani, Syekh Abdurrahman Misri al-Jawi, dan Syekh Abdul Wahab Bugis sehingga mereka dikenal sebagai Empat Serangkai dari Tanah pulanglah Syekh Muhammad Arsyad ke kampung halamannya, Akan tetapi, Sultan Tahlilullah, seorang yang telah banyak membantunya telah wafat dan digantikan kemudian oleh Sultan Tahmidullah II bin Sultan Tamjidullah I, yaitu cucu Sultan Tahlilullah. Sultan Tahmidullah yang pada ketika itu memerintah Kesultanan Banjar, sangat menaruh perhatian terhadap perkembangan serta kemajuan agama Islam di Tahmidullah II mengangkatnya sebagai mufti, bahkan sultan pun termasuk salah seorang Muhammad Arsyad adalah pelopor pengajaran hukum Islam di Kalimantan Selatan. Ulama-ulama yang dikemudian hari menduduki tempat-tempat penting di seluruh Kerajaan Banjar, banyak yang merupakan didikan dari suraunya di Desa Dalam satu cerita mengenai karomah Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari yang dikenal dengan nama Tuanta Salamaka atau Datuk Kalampayan ini terjadi saat dia berangkat ke Batavia untuk membetulkan arah kiblat. Arsyad membetulkan arah kiblat di Masjid Jembatan Lima, Masjid Luar Batang dan Pekojan, hal ini menimbulkan kontroversi di kalangan pemuka mesyarakat dan pemimpin muslim saat itu. Karenanya Gubernur Jenderal Belanda kala itu memanggil Arsyad, sekaligus untuk mempermalukannya di depan umum dengan salah satu pertanyaannya apakah isi kelapa yang sedang dipegang sang gubernur. Syekh Arsyad menjawab isi kelapa itu air dan di dalam air itu ada ikan, lalu hadirin tertawa mendengar jawaban yang tidak masuk akal tetapi, setelah kelapa itu dibelah, memancarlah air dan keluarlah ikan yang masih hidup dari dalamnya, hadirin yang tertawa berubah menjadi takjub dan kagum melihat karomah yang dimiliki Syekh Arsyad. Sumber- islam-alfaqir- wikipedia dan diolah dari berbagai sumbersms
Karomah Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari Ini Karomah Datuk Kelampayan yang Tidak Banyak Diketahui - KISAH DAN KAROMAH SYEKH MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI, IKAN DI DALAM KELAPA - YouTube Karomah Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari Karomah Syekh Muhmmad Arsyad Al Banjari " Datu Kalampayan - SUARA BAMEGA ONLINE Ayoh Mea - Karomah Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari Syeikh Muhammad Arsyad al-Banjari adalah seorang ulama besar fiqih bermazhab Syafi’i dari Martapura, Kalimantan Selatan yang namanya dikenal luas di seantero nusantara pada akhir Manaqib Syaikh Muhammad Arsyad bin Abdullah AlBanjari Datu Kalampayan LSM Aqila Quds Karomah Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari - Latest version for Android - Download APK Karomah Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari for Android - APK Download Karomah Datu Kelampayan Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari Guru Zuhdi - YouTube 9 Karomah Guru Sekumpul yang Menggetarkan Hati Para Pecintanya Kiai Ma’ruf Berziarah ke Makam Datuk Kelampayan, Begini Keterikatan Keduanya - Jarang Yang Tahu…!!! Ini Karomah Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari Datu Kelampayan - YouTube Ulama Mazhab Syafi’i dengan Sabilal Muhtadin-nya, Datuk Kalampaian Seorang Ahli Teknik Pertanian - Kanal Kalimantan Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari Mendapat Lailatul Qodar - SUARA BAMEGA ONLINE Karomah Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari Lisan Al Faqir Cara Persiapan Kuliah ke Jerman dari Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah Terbaru Pendaftaran Kuliah di Jerman 2021 Kisah Tuan Guru Surgi Mufti Al Banjari, Tunjukkan Karomahnya di Depan Belanda • BangkitMedia Kisah Karomah Syekh Muhammad Abdussomad Kisah Syekh Saman Al-Madani Ra Sanindo Ekologi Pesantren ala Syekh Arsyad Al-Banjari NU Online Riwayat Singkat Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari Datuk Kalampaian, Jelang Peringatan Haul ke-212 - Laman 3 dari 4 - Kanal Kalimantan Pin on Gambar tokoh Kesultanan Banjar - Datu Kalampayan membetulkan arah kiblat 3 masjid di Jakarta. Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari ketika pulang dari tanah suci pada tahun 1772 M, singgah sebentar di kediaman sahabatnya Syekh Kisah Datu Landak, Sang Pendiri Masjid Keramat Al Karomah Martapura my world, my words, my life, my love.. Karomah Syeikh Samman Al-Madani Memeberi Syafaat pada Umat Muhammad Nafis al-Banjari - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Hidupnya Sezaman Datu Kalampayan, Miliki Karomah Sehingga Salat Jumat di Masjid Makkah - Jual Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari - Sejarah Ulama Besar Kalimantan - Riwayat Datu Kalampayan di Lapak Lapak Muslim Bukalapak Rupa-rupa Alasan Ziarah ke Makam Ulama Arsyad Al-Banjari Guru Sekumpul Berkisah Karomah Para Waliyullah aswajadewata Manaqib Datu Kalampayan Syaikh Muhammad Arsyad Bin Abdullah Al - Banjari - SUARA BAMEGA ONLINE Biografi Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari Republika Online Pertahankan Bentuk Aslinya, Masjid Darussa’adah Diklaim Lebih Tua Dibanding Masjid Al Karomah - Media Kalimantan News Ma’ruf Amin Ziarah ke Makam Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari di Kalsel - Pilpres Karomah Syekh Ali Berau Nampak Saat Gantikan Syekh Jamaluddin Jadi Mufti Banjar - Pin di wali Nutizen в Twitter “Kepopuleran nama Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari tak lain karena kapasitas keilmuannya yang mumpuni. Dan salah satu peristiwa penting adalah ketika beliau meluruskan arah kiblat Masjid. Berikut kisah lengkapnya . . Karomah Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari - Latest version for Android - Download APK Di Kalsel, Kiai Ma’ruf Ziarah ke Makam Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari Syaikh Arsyad Al-Banjari Ulama Pendidik dan Penegak Syariat dari Kalimantan Jejak Islam untuk Bangsa KH. Ma’ruf Amin Pagi Ini Dijadwalkan Berziarah Ke Makam Datuk Kelampayan Karomah Abah Guru Sekumpul, Ulama Besar dari Kalimantan Warisan Jubah Ulama Legendaris Kalsel, Syekh Arsyad Albanjari, Seperti Ini Kondisinya Sekarang - Mobile Mei 2008 JALIN SILAHTURAHIM…… Manakib Syekh Kasyful Anwar Bin Al Banjari - Atorcator Muhammad Afif al-Banjari - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Berbagai Karomah Guru Sekumpul, Ulama Besar dari Banjar yang Dicintai Seluruh Umat - Kanal Kalimantan Dahsyatnya Syekh Arsyad Al-Banjari Merasakan Malam Lailatul Qadar • SELENDANG WALI CEMETI ALI SelendangWaliKAROMAH WALIYULLAH - SYEIKH MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI Karomah Datu Kelampayan Syeikh Muhammad Arsyad Al-Banjari Guru Zuhdi - YouTube Kisah Karomah Syekh Abdurrahman Siddiq, Mufti Kerajaan Indragiri Indragiri Pos Kisah Karomah Syekh Abdurrahman Siddiq Warisan Jubah Ulama Legendaris Kalsel, Syekh Arsyad Albanjari, Seperti Ini Kondisinya Sekarang - Mobile Syaikh Arsyad Al-Banjari Raka Wiryawan Kisah Ulama Kalimantan - Menara Madinah Diceritakan Warga Martapura Yang Menjadi Saksi Karomah Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari Mp3 Download - Not known Factual Statements About video music dowload – MusiXnergizer Jejak Emas Datu' Kalampaian di Belantara Jakarta Tempo Dulu Halaman 1 - KH Muhammad Syarwani Abdan, Tuan Guru Bangil Kutipan Kisah Yang Mulia Patut Menjadi Suri Tauladan Awal* *Dan Akhir Kehudupan* – Target Tipikor Bangga Banjar - Karomah Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari adalah seorang ulama besar fiqih bermazhab Syafi’i dari Martapura, Kalimantan Selatan yang namanya dikenal luas di seantero nusantara pada akhir Manaqib Datu Kalampayan Syaikh Muhammad Arsyad Bin Abdullah Al - Banjari - SUARA BAMEGA ONLINE Ini Karomah Datu Abulung saat dikerangkeng dan ditenggelamkan ke sungai - kalselpos Syekh M Arsyad Al Banjari Metode Keteladanan & Tutur Kata - Ziarah ke Makam Datu Sanggul, Karomah Hingga ke Tanah Haram – Redaksi 8 BEYOND IMAGINATION PEMIKIRAN SYEKH MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI-2018 Berwisata di Kabupaten Banjar - Ma’ruf Amin Ziarah ke Makam Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari di Kalsel Fragmen Syekh Arsyad Al-Banjari - Mufti Jamaluddin Al Banjari, Ahli Hukum Pemegang Surat Wasiat Sultan Adam - Kanal Kalimantan Mushaf Al-Qur’an Datu Kalampayan Jadi Masterpiece’ Museum Lambung Mangkurat Syekh › Nawawi al-Bantani - Wikiwand Datu Gadung Keturunan Syekh Arsyad Al Banjari - Masjid Agung Al Karomah, Simbol Kota Santri dan Ulama Rahasia Syekh Samman Al-Madani Mendidik Para Wali Qutub • BangkitMedia Ini salah satu Karomah luar biasa Syekh Surgi Mufti Sungai Jingah - kalselpos Ulama Banjar, Syekh Muhammad Nafis Al Banjari, Keturunan Bangsawan yang Suka Dakwah ke Pedalaman Begini Suasana Saat Ma’ruf Amin Ziarahi Makam Syekh Banjari KISAH DAN KAROMAH SYEKH MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI, IKAN DI DALAM KELAPA - YouTube Syaikh Arsyad Al-Banjari Ulama Pendidik dan Penegak Syariat dari Kalimantan Jejak Islam untuk Bangsa Bingung ke Sekumpul, Setelah Tahu yang Mengantar Abah Guru Takjub Saksikan Karomah Sampai Tak Sadarkan Diri SUARA KALTIM ONLINE kabupaten barito selatan - Muhammad Arsyad Lamak - Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas Karomah Sunan Giri yang Menaklukan Begawan Minta Semeru dan Memeluk Islam - Atorcator Kebakaran di Pasar Kandangan, Foto Abah Guru Sekumpul Tak Ikut Terbakar TIMES Indonesia Perintahkan Pengawalnya Pukuli Pekerja, Putri Raja Salman Akan Diadili di Prancis karomah para habaib temonsoejadi Mushaf Al-Qur’an Datu Kalampayan Jadi Masterpiece’ Museum Lambung Mangkurat MANAQIB SURGI M-WPS Office PDF AL KAROMAH TV - LIVE PENGAJIAN AHMAD QOMULI ABDUL MURAD 19 FEBRUARI 2021 - LiteTube Ma’ruf Amin ziarah ke makam ulama besar Banjar - ANTARA News Ziarah ke Makam Datu Sanggul, Karomah Hingga ke Tanah Haram – Redaksi 8 Ma’ruf Amin Ziarah ke Makam Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari di Kalsel - Pilpres Kisah Dan Karomah Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari Ikan Di Dalam Kelapa Subhanallah, Foto Guru Sekumpul Tetap Utuh Meski Bangunan Hangus Terbakar Okezone Muslim 10 Peninggalan dari Kerajaan Banjar yang Menarik Diketahui PEMIKIRAN DAN KIPRAH SYECH MUHAMMAD ARSYAD AL BANJARI DALAM PERSPEKTIF KOMUNIKASI AGAMA Mohammad Ali Wafa FISIP, Univeristas Isl - Laman 61 dari 97 - Merawat Iman, Melestarikan Keberagaman Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, Ulama Besar Kalimantan Republika Online KH Ma’ruf Amin berziarah ke Makam Leluhur
- Nama Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari hingga kini masih melekat di hati masyarakat Martapura, Kalimantan Selatan, meski putra Banjar kelahiran Desa Lok Gabang, 19 Maret 1710 M, itu telah meninggal sejak 1812 M silam. Ia meninggalkan banyak jejak dalam bentuk karya tulis di bidang keagamaan. Karya-karyanya bak sumur yang tak pernah kering untuk digali hingga generasi kini. Tak mengherankan bila seorang pengkaji naskah ulama Melayu berkebangsaan Malaysia menjulukinya sebagai Matahari Islam Nusantara’. Matahari’ itu terus memberikan pencahayaan bagi kehidupan umat Islam. Syekh Muhammad Arsyad Al-Banjari adalah pelopor pengajaran Hukum Islam di Kalimantan Selatan. Ia sempat menuntut ilmu-ilmu agama Islam di Mekkah. Sekembalinya ke kampung halaman, hal pertama yang dikerjakannya adalah membuka tempat pengajian semacam pesantren bernama Dalam tempat pengajian ini diuraikan dalam buku seri pertama Intelektual Pesantren Potret Tokoh dan Cakrawala Pemikiran di Era Pertumbuhan Pesantren, terbitan Diva Pustaka, Jakarta. Mulanya, tulis buku itu, lokasi ini berupa sebidang tanak kosong yang masih berupa hutan belukar pemberian Sultan Tahmid Allah, penguasa Kesultanan Banjar saat itu. Syekh Arsyad menyulap tanah tersebut menjadi sebuah perkampungan yang di dalamnya terdapat rumah, tempat pengajian, perpustakaan, dan asrama para santri. Sejak itu, kampung yang baru dibuka tersebut didatangi oleh para santri dari berbagai pelosok daerah. Kampung baru ini kemudian dikenal dengan nama kampung Dalam Pagar. Di situlah diselenggarakan sebuah model pendidikan yang mengintegrasikan sarana dan prasarana belajar dalam satu tempat yang mirip dengan model pesantren. Gagasan Syekh Muhammad Arsyad ini merupakan model baru yang belum ada sebelumnya dalam sejarah Islam di Kalimatan masa yang dibangun di luar kota Martapura ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif bagi proses belajar mengajar para santri. Selain berfungsi sebagai pusat keagamaan, di tempat ini juga dijadikan pusat pertanian. Syekh Muhammad Arsyad bersama beberapa guru dan muridnya mengolah tanah di lingkungan itu menjadi sawah yang produktif dan kebun sayur, serta membangun sistem irigasi untuk mengairi lahan sebatas membangun sistem pendidikan model pesantren, Syekh Muhammad Arsyad juga aktif berdakwah kepada masyarakat umum, dari perkotaan hingga daerah terpencil. Kegiatan itu pada akhirnya membentuk perilaku religi masyarakat. Kondisi ini menumbuhkan kesadaran untuk menambah pengetahuan agama dalam menyampaikan ilmunya, Syekh Muhammad Arsyad sedikitnya punya tiga metode. Ketiga metode itu satu sama lain saling menunjang. Selain dengan cara bil hal, yakni keteladanan yang direfleksikan dalam tingkah laku, gerak gerik, dan tutur kata sehari-hari yang disaksikan langsung oleh murid-muridnya, Syekh Muhammad Arsyad juga memberikan pengajaran dengan cara bil lisan dan bil kitabah. Metode bil lisan dengan mengadakan pengajaran dan pengajian yang bisa disaksikan diikuti siapa saja, baik keluarga, kerabat, sahabat, maupun handai taulan, sedangkan metode bil kithabah menggunakan bakatnya di bidang tulis bakat tulis menulisnya, lahir kitab-kitab yang menjadi pegangan umat. Kitab-kitab itulah yang ia tinggal setelah Syekh Muhammad Arsyad utup usia pada 1812 M, di usia 105 tahun. Karya-karyanya antara lain, Sabilal Muhtadin, Tuhfatur Raghibiin, Al Qaulul Mukhtashar, di samping kitab Ushuluddin, kitab Tasauf, kitab Nikah, kitab Faraidh, dan kitab Hasyiyah Fathul Jawad. Karyanya paling monumental adalah kitab Sabilal Muhtadin yang kemasyhurannya tidak sebatas di daerah Kalimantan dan Nusantara, tapi juga sampai ke Malaysia, Brunei, dan Pattani Thailand Selatan.Anak Cerdas dari Lok GabangSekali waktu, Sultan Kerajaan Banjar, Sultan Tahmidullah, berkunjung ke kampung-kampung yang ada di wilayahnya. Tiba kampung Lok Gabang, ia terkesima melihat lukisan yang indah. Setelah bertanya, dia mengetahui pelukisnya bernama Muhammad Arsyad, seorang anak berusia tujuh tahun. Tertarik dengan kecerdasan dan bakat anak kecil itu, Sultan berniat mengasuhnya di Abdullah dan Siti Aminah, kedua orangtua Arsyad, enggan melepas anak sulungnya itu. Tapi atas pertimbangan masa depan si buah hati, keduanya pun menganggukkan kepala. Di istana, Arsyad kecil bisa membawa diri, selalu menunjukkan keluhuran budi pekertinya. Sifat-sifat terpuji itu membuat ia disayangi warga istana. Bahkan, Sultan memperlakukannya seperti anak dewasa, Arsyad dikawinkan dengan Bajut, seorang perempuan yang solehah. Ketika Bajut tengah mengandung anak pertama, terlintas di benak Arsyad untuk menuntut ilmu di Tanah Suci Mekkah. Sang istri tidak keberatan demi niat suci suami, meski dengan perasaan berat. Setelah mendapat restu Sultan, Arsyad berangkat untuk mewujudkan sepenggal kisah perjalanan hidup Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari, ulama besar kelahiran Lok Gabang, Martapura, 19 Maret 1710 M. Ia adalah pengarang Kitab Sabilal Muhtadin yang banyak menjadi rujukan Hukum Fiqih di Asia Ilmu AgamaDi Tanah Suci, Arsyad memperdalam ilmu agama. Guru-gurunya, antara lain Syekh Athoillah bin Ahmad al Mishry, al Faqih Syekh Muhammad bin Sulaiman al Kurdi, dan al 'Arif Billah Syekh Muhammad bin Abd Karim al Samman al Hasani al Madani. Namanya terkenal di Mekkah karena keluasan ilmu yang dimiliki, terutama ilmu Qiraat. Ia bahkan mengarang kitab Qiraat 14 yang bersumber dari Imam Syatibi. Uniknya, setiap juz kitab tersebut dilengkapi dengan kaligarafi khas riwayat, selama belajar di Mekkah dan Madinah, Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari belajar bersama tiga orang Indonesia lainnya Syekh Abdul Shomad al Palembani Palembang, Syekh Abdul Wahab Bugis, dan Syekh Abdul Rahman Mesri Betawi. Mereka berempat dikenal dengan Empat Serangkai dari Tanah Jawi’ yang sama-sama menuntut ilmu di al Haramain al Syarifain. Belakangan, Syekh Abdul Wahab Bugis kemudian menjadi menantunya karena kawin dengan anak pertama Syekh Muhammad Arsyad Al lebih dari 30 tahun menuntut ilmu, timbul hasratnya untuk kembali ke kampung halaman. Sebelum sampai di tanah kelahirannya, Syekh Arsyad singgah di Jakarta. Ia menginap di rumah salah seorang temannya waktu belajar di Mekkah. Bahkan, menurut kisahnya, Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari sempat memberikan petunjuk arah kiblat Masjid Jembatan Lima di Jakarta sebelum kembali ke 1186 H bertepatan dengan 1772 M, Syekh Arsyad tiba di kampung halamannya di Martapura, pusat Kerajaan Banjar masa itu. Raja Banjar, Sultan Tamjidillah, menyambut kedatangannya dengan upacara adat kebesaran. Segenap rakyat mengelu-elukannya sebagai seorang ulama Matahari Agama’ yang cahayanya diharapkan menyinari seluruh Kerajaan Arsyad aktif melakukan penyebaran agama Islam di Kalimantan. Tak hanya dalam bidang pendidikan dengan mendirikan pesantren lengkap sarana dan prasarananya, termasuk sistem pertanian untuk menopang kehidupan para santrinya, tapi juga berdakwah dengan mengadakan pengajian, baik di kalangan istana maupun masyarakat kelas 40 tahun Syekh Arsyad melakukan penyebaran Islam di daerah kelahirannya, sebelum maut menjemputnya. Dia meninggal pada 1812 M di usia 105 tahun. Sebelum wafat, dia sempat berwasiat agar jasadnya dikebumikan di Kalampayan bila sungai dapat dilayari atau di Karang Tengah, tempat istrinya, Bujat, dimakamkan bila sungai tidak bisa dilayari. Namun karena saat meninggal air sedang surut, maka ia dikebumikan Kalampayan, Astambul, Banjar, Kalimantan Selatan. Di daerah yang terletak sekitar 56 km dari kota Banjarmasin itulah jasad Datuk Kalampayan – panggilan lain anak cerdas kelahiran Lok Gabang – ini dikebumikan. Sabil Al-Muhtadin Alasan utama penulisan kitab ini oleh Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari, karena adanya kesulitan umat Islam Banjar dalam memahami kitab-kitab fikih yang ditulis dalam bahasa yang membahas masalah fikih ibadah shalat, zakat, puasa, dan haji di Indonesia cukup banyak. Jumlahnya bisa mencapai ribuan, baik yang ditulis ulama asal Timur Tengah, ulama Nusantara, maupun para ilmuwan kontemporer yang memiliki spesifikasi tentang keilmuan dalam bidang fikih atau hukum berbagai buku-buku fikih yang ada, salah satunya adalah kitab Sabil al-Muhtadin li al-Tafaqquh fi Amr Al-Din Jalan bagi orang-orang yang mendapat petunjuk agar menjadi faqih alim dalam urusan ini ditulis dalam bahasa Arab-Melayu dan merupakan salah satu karya utama dalam bidang fikih bagi masyarakat Melayu. Kitab ini ditulis setelah Syekh Muhammad Arsyad mempelajari berbagai kitab-kitab fikih yang ditulis para ulama terdahulu, seperti kitab Nihayah al-Muhtaj yang ditulis oleh Syekh al-Jamal al-Ramly, kitab Syarh Minhaj oleh Syekh al-Islam Zakaria al-Anshary, kitab Mughni oleh Syekh Khatib Syarbini, kitab Tuhfah al-Muhtaj karya Syekh Ibnu Hajar al-Haitami, kitab Mir’atu al-Thullab oleh Syekh Abdurrauf al-Sinkili, dan kitab Shirat al-Mustaqim karya Nurruddin itu, ada alasan utama yang dilakukan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari saat menulis kitab ini. Sebuah sumber menyebutkan, pada awalnya, keterbatasan kesulitan umat Islam di Banjar Melayu dalam mempelajari kitab-kitab fikih yang berbahasa Arab. Maka itu, masyarakat Islam di Banjar berusaha mempelajari fikih melalui kitab-kitab berbahasa Melayu. Salah satunya adalah kitab Shirat al-Mustaqim yang ditulis Syekh Nurruddin Shirat al-Mustaqim-nya al-Raniri ini juga ditulis dalam bahasa Arab-Melayu yang lebih bernuansa bahasa Aceh. Namun, hal itu juga menimbulkan kesulitan bagi masyarakat Islam Banjar untuk mempelajarinya. Oleh karena itu, atas permintaan Sultan Banjar Tahmidullah, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari kemudian menuliskan sebuah kitab fikih dalam bahasa Arab-Melayu yang lebih mudah dipahami masyarakat Islam mukadimah kitab Sabil al-Muhtadin, Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari menyatakan bahwa karya ini ditulis pada 1193/1779 M atas permintaan Sultan Tahmidullah dan diselesaikan pada 1195/1781 umum, kitab ini menguraikan masalah-masalah fikih berdasarkan mazhab Syafi’i dan telah diterbitkan oleh Darul Ihya al-Kutub al-Arabiyah. Kitab Sabil al-Muhtadin ini terdiri atas dua kitab fikih pada umumnya, kitab Sabil al-Muhtadin ini juga membahas masalah-masalah fikih, antara lain, ibadah shalat, zakat, puasa, dan ini lebih banyak menguraikan masalah ibadah, sedangkan muamalah belum sempat dibahas. Walaupun begitu, kitab ini sangat besar andilnya dalam usaha Syekh Arsyad menerapkan hukum Islam di wilayah Kerajaan Banjar sesuai anjuran Sultan Tahmidullah yang memerintah saat Najib Kailani, koordinator Bidang Media dan Budaya, Lembaga Kajian Islam dan Sosial LKiS Yogyakarta, dalam artikelnya yang berjudul "Ijtihad Zakat dalam kitab Sabil al-Muhtadin," menyatakan, ”Meskipun ditulis pada abad ke-18, terdapat banyak sekali pemikiran cemerlang Syekh Arsyad dalam kitab ini yang sangat kontekstual di era sekarang. Satu di antara gagasan brilian di dalam kitab Sabil al-Muhtadin adalah pandangan beliau tentang zakat.”Dicontohkan Kailani, pada pasal tentang orang-orang yang berhak menerima zakat mustahik, terdapat pandangan dan pemikiran Syekh Muhammad Arsyad yang sangat progresif dan melampaui pemikiran ilmuwan pada zaman Arsyad al-Banjari menyatakan, ”Fakir dan miskin yang belum mampu bekerja baik sebagai pengrajin maupun pedagang, dapat diberikan zakat sekira cukup untuk perbelanjaannya dalam masa kebiasaan orang hidup. Misalnya, umur yang biasa ialah 60 tahun. Kalau umur fakir atau miskin itu sudah mencapai 40 tahun dan tinggal umur biasa harapan hidup 20 tahun. Maka, diberikan zakat kepadanya, sekira cukup untuk biaya hidup dia selama 20 tahun.”Dan, yang dimaksud dengan diberi itu bukan dengan emas maupun perak yang cukup untuk masa itu, tetapi yang bisa dipergunakan untuk membeli makan dalam masa yang disebutkan di atas. Maka, hendaklah dibelikan dengan zakat tadi dengan izin Imam, seperti kebun yang sewanya memadai atau harga buahnya untuk belanjanya di masa sisa umur manusia secara umum agar ia menjadi mampu dengan perantaraan zakat. Lalu, kebun itu dimiliki dan diwariskannya kepada keluarganya karena kemaslahatannya kembali kepadanya dan kepada mustahik yang lain. Inilah tentang fakir dan miskin yang tidak mempunyai kepandaian dan tidak bisa Kailani, pandangan Syekh Muhammad Arsyad al-Banjari ini, tampak telah melampaui zamannya. ”Sangat jelas bahwa pijakan gagasan ini adalah konsep kemaslahatan umum maslahah al-ammah, di mana zakat tidak sekadar dimaknai sebagai pemberian karitatif, lebih jauh ia merupakan satu mekanisme keadilan sosial, yaitu supaya harta tidak hanya terputar di kalangan orang kaya semata,” ujar Kailani.”Beliau memberi contoh dengan pengelolaan kebun yang manfaatnya bisa menghidupi keluarga sang penerima zakat dan seterusnya, sampai anak cucunya dan penerima zakat lainnya. Pandangan ini tampak sejalan dengan konsep negara kesejahteraan welfare-state di Eropa, di mana negara menjamin kesejahteraan warga negaranya yang belum memperoleh pekerjaan layak,” ijtihad zakat sudah digulirkan para pemikir Muslim kontemporer, seperti Yusuf al-Qaradhawi tentang zakat profesi atau Masdar Farid Mas’udi mengenai zakat yang ditransformasikan menjadi pajak dan lain sebagainya. Mengangkat kembali gagasan Syekh Arsyad dalam konteks kini, paling tidak mendorong kembali upaya-upaya reinterpretasi kontekstual makna zakat dalam kehidupan Muslim contoh di atas, kata Kailani, tentunya sangat penting bagi umat Islam di Indonesia untuk menelisik ulang khazanah tradisi Islam Nusantara yang ditulis oleh ulama-ulama besar sejak abad ke-13 hingga ke-20, saat banyak gagasan cemerlang yang terlontar melampaui diketahui, kitab Sabil al-Muhtadin ini tak hanya menjadi referensi ilmu fikih bagi umat Islam di Banjar Kalimantan Selatan, tetapi juga bagi masyarakat Melayu lainnya, seperti Brunei Darussalam, Malaysia, hingga Thailand.”Sudah saatnya kita membuang sikap apriori terhadap tradisi klasik, terutama karya-karya ulama Nusantara sebagai ketinggalan zaman dan tidak sesuai dengan problem kekinian. Dari contoh gagasan Syekh Arsyad di atas, menyadarkan kita betapa banyak kekayaan gagasan Islam Nusantara yang bisa dikembangkan kembali untuk konteks keindonesiaan sekarang,” kata ini sejalan dengan gagasan dan pemikiran yang dilakukan oleh Departemen Agama yang kini tengah mentahkik karya-karya ulama Nusantara. Tujuannya, agar umat Islam Indonesia mengenal dengan baik ulama-ulama Nusantara dan karya-karyanya.Republika, Mei 2009 BACA JUGA Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Klik di Sini
karomah syekh muhammad arsyad al banjari