JawabanMengejutkan Cucu Syekh Abdul Qadir Jailani Saat Ditanya Tentang Karomah Kakeknya - Indonesia kembali diberkahi dengan berkunjungnya seorang ulama bes JASADPROF. DR. AS-SAYYID MUHAMMAD AL-MALIKI, TOKOH YANG MENURUT WAHABI PENGANJUR SYIRIK DAN BID'AH, TIDAK HANCUR TAPI TETAP MASIH UTUH. Setahun pasca wafatnya Habib Muhammad bin 'Alwi Al-Maliki Al-Hasani Mekkah, orang-orang Wahabi yang berniat mau menghinakan Habib Muhammad, karena kebiasaan di Mekkah jika jenazah sudah hancur maka akan dipindah ke tempat lain agar areal lama dapat HabibAbdul Qadir bin Ahmad Bilfaqih Al-Alawy dilahirkan di kota Tarim, Hadramaut, pada hari Selasa 15 Safar tahun 1316 H/1896 M. Saat bersamaan menjelang kelahirannya, salah seorang ulama besar, Habib Syaikhan bin Hasyim Assegaf, bermimpi bertemu Sulthanul Auliya' Syekh Abdul Qadir Jailani. Dalam mimpi itu Syekh Abdul Qadir Jailani Bukuini menyajikan kisah hidup dan karomah Syekh Abdul Qadir Al-Jailani yang sangat perlu kita ambil hikmahnya. Disajikan pula nasihat-nasihat spiritual yang bakal menenteramkan batin dan meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa taala. Membaca buku ini kita akan lebih tahu bagaimana menjadi Muslim sejati yang disayang Allah.Judul : NGALAP BERKAH KAROMAH SYEKH ABDUL QADIR JAILANI Salahsatu bukti yang paling nyata adalah syekh Abdul Qadir al-Jailani. Dia telah menggapai puncak kenikmatan dunia dan akhirat sekaligus. Kedudukan dan kehormatannya sangat tinggi. hikayat perjalanan seorang pemuka kaum Sufi ini bertujuan untuk melengkapi literatur yang tengah marak dengan kisah dan karomah Syekh Abdul Qadir al-Jailani Vay Nhanh Fast Money. - Syekh Muhammad Fadhil Al Jailani tiba di Surabaya Jawa Timur pada Minggu 5 Februari 2023 dan langsung disambut oleh ketua PBNU Ahmad Fahrur Rozi untuk hadiri acara Puncak Satu Abad NU. Syeikh Muhammad Fadhil Al Jailani turut serta hadir dalam acara Satu Abad NU karena niatnya semata-mata untuk keberkahan. Syekh Fadhil merupakan cucu ke 25 Syekh Abdul Qadir Al Jailani yang terkenal dengan karangan kitabnya Tafsir Jailani, dan pada acara Satu Abad NU beliau akan memimpin pembacaan Manaqib dari kakeknya tersebut. Syekh Muhammad Fadhil Al Jailani mengungkapkan bahwa kedatangannya ke Indonesia demi berkah Satu Abad NU dan lantunan doa untuk kesembuhan sang ibu yang tengah ditinggalkannya dalam keadaan sakit di Turki. Baca Juga Suami Idaman Sini Kumpul! 7 Hal Ini Wajib Diketahui Para Suami Sebelum Istri Melahirkan Kunjungan nya ke Indonesia saat ini tengah diliputi kesedihan atas kondisi sang ibu, namun dibelanya untuk berangkat demi sebuah berkah doa di acara Satu Abad NU. Dirinya berharap kehadirannya di acara sakral dan penuh doa ini dapat menjadi wasilah kesembuhan untuk sang ibu yang tengah ditinggalkannya di Turki. Harapan Syekh Fadhil pun di aminkan oleh ketua PBNU Ahmad Fahrur Rozi Gus Fahrur dan mengapresiasi komitmen Syekh Fadhil untuk menghadiri acara Satu Abad NU. Syekh Fadhil Al Jailani mengungkapkan dirinya sudah terlanjur berjanji untuk menghadiri acara Satu Abad NU dengan tetap optimis untuk kesembuhan sang ibu disamping dirinya berdoa. Bagi Syekh Fadhil NU dan Indonesia merupakan tempat lahirnya yang kedua setelah Turki karena begitu cintanya akan NU dan Indonesia. Syekh Fadhil akan memimpin pembacaan Manaqib Syekh Abdul Qadir Al Jailani yang berlangsung pada pukul WIB pada acara Puncak Resepsi Satu Abad NU. Syekh Fadhil mengungkapkan kecintaannya terhadap NU dan Indonesia karena memang dirinya begitu dekat dengan KH Mistofa Agil Siroj. Syekh Fadhil seringkali berkunjung ke kediaman Kiyai Mustofa setiap kali berkunjung ke Indonesia. Baca Juga 4 Kebun Wisata Durian di Kota Semarang, Salah Satunya Pesona Durian Monti Jumbo Antara Syekh Fadhil dan Kiyai Mustofa sering silahturahmi ke masing-masing kediamannya sehingga Kiyai Mustofa sering juga merasakan karomah dari cucu Syekh Abdul Qadir Al Jailani tersebut. Salah satu karomah Syekh Fadhil yang dirasakan oleh Kiyai Mustofa adalah ketika beliau pertama kali menginap di kediaman Kiyai Mustofa. Pada waktu itu Kiyai Mustofa tengah ada undangan pengajian di Majalengka yang kemudian mengalami kebingungan antara menemani Syekh atau menghadiri undangan tersebut. Kemudian seketika itu juga Kiyai Mustofa mendapatkan kabar lewat telepon dari panitia pengajian tersebut yang mengatakan bahwa Majalengka tengah hujan deras sehingga disarankan untuk tidak hadir di pengajian tersebut. Editor Wirawan Dwi Tags Terkini Jakarta, – Maulana Assayid Assyarif Syeikh Prof. Dr. Muhammad Fadhil Al-Jilani Al-Hasani lahir pada 1 April 1954 M di Desa Jimzaraq, Kurtalan, wilayah Is’ird, sebelah Timur Turki yang terkenal dengan kawasan ulama. Beliau adalah cicit dari generasi ke-25 Sulthanul Auliya Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Sejak usia 2 tahun oleh kakeknya, al-Quthub al-Alim Syekh Muhammad Shiddiq al-Jailani al-Hasani, beliau dibawa ke desa Tilan yang terkenal dengan daerah kalangan orang-orang mulia Saadah Asyraf dari trah al-Jailaniyah. Beliau besar di bawah bimbingan kakeknya tersebut. Hingga usia 13 tahun beliau kembali ke keluarganya di Jimzaraq untuk menyempurnakan pendidikan keagamaan. Kemudian beliau dikirim oleh kakeknya melanjutkan belajarnya di Kota suci Madinah selama beberapa tahun. Hingga pada tahun 1978 M, terbesit dalam hati beliau untuk mencari dan meneliti buah karya Sulthanul Auliya Syekh Abdul Qadir al-Jailani radhiyallahuanhu yang masih banyak berbentuk tulisan tangan asli manuskrip. Sejak saat itulah beliau habiskan waktu untuk mencari dan meneliti buah karya tersebut. Beliau kunjungi sekitar 50 perpustakan resmi nasional dan 10 perpustakaan khusus sulit dimasuki khalayak umum di lebih dari 25 negara. Kunjungan seperti ini beliau ulangi lebih dari 20 kali untuk beberapa negara. Dalam kunjungan tersebut beliau berhasil menemukan 17 kitab dan 6 manuskrip, salah satunya Tafsir al-Jailani yang menurut telaahan beliau tidak ada duanya dan bandingannya di dunia ini. Beliau mensyarahnya dengan menghasilkan sekitar lembar selain tafsir dan karya lain yang hilang yang tidak ditemukan di dunia ini selain dari usaha beliau. Beliau pun akan terus mencari dan meneliti karya-karya Sulthanul Auliya yang sangat banyak dan masih tersebar di belahan dunia. Terlebih, selepas keliling dunia beliau menjadi tahu bahwa ada 14 kitab yang hilang, belum diketahui keberadaannya. Ada pengalaman menarik yang beliau dapat saat mengunjungi perpustakaan Vatikan, Italia. Saat penjaga perpustakaan menanyakan maksud kunjungan beliau, maka seorang teman yang mendampingi beliau menjawab bahwa beliau sedang mencari dan meneliti kitab-kitab karya kakek beliau al-Jailani. Mendengar jawaban tersebut spontan sang penjaga pun berdiri penuh penghormatan dan berkata, “oh ya ya… Filusuf Islam, Abdul Qadir al-Jailani. Selepas beliau masuk ke perpustakaan tersebut, beliau temukan dalam katalog dan beberapa buku berbahasa Italia sebuah tulisan “Filusuf Islam”, dan dalam beberapa buku berbahasa arab “Syaikhul Islam wal Muslimin”. Kedua julukan ini beliau tidak temukan di tiga benua manapun kecuali di perpustakaan Vatikan. Di perpustakaan tersebut beliau juga temukan sebuah ibarat “Adalah Syekh Abdul Qadir al-Jailani radhiyallahu anhu yang membicarakan bahasan 13 cabang keilmuan”. Pendidikan dan Karya Emas Maulana Syeikh Muhammad Fadhil Al-Jilani Maulana Syeikh mendapatkan gelar Sarjana Syariah dengan predikat baik sekali, dari University of Islamic Studies Pakistan pada tahun 2000. Tiga tahun kemudian tepatnya pada tahun 2003 beliau mendapatkan gelar Diploma Pasca Sarjana Studi Islam, dengan predikat baik sekali, juga dari University of Islamic Studies Pakistan. Pada tahun 2006, Maulana Syeikh berhasil menyelesaikan Doktoral Studi Islam Spesialisasi Studi Filologi dengan predikat baik sekali, dari Al-Ummah Open University Pakistan. Maulana Syeikh pada tahun 2015 mendapat gelar Professor bidang Studi Islam the American Open University School of Islamic & Arabic Studies. Sampai saat ini Maulana Syeikh Muhammad Fadhil al-Jilani masih aktif sebagai dosen di American University for Human Sciences/California. Selain itu Maulana Syeikh Muhammad Fadhil al-Jailani masih menjadi Pimpinan Umum Markaz al-Jilani Istanbul sampai saat ini. Beliau juga masih aktif sebagai peneliti manuskrip kitab-kitab turost, terutama turots-turost Syekh Abdul Qadir al-Jailani al-Hasani al-Husaini ra. Beliau juga pernah menjadi Guru Besar Masjid Nabawi semasa di Madinah. Berikut Karya Ilmiah Karangan Maulana Syeikh Muhammad Fadhil al-Jilani Nahrul Qadiriyah Biografi Syekh Abdul Qadir al-Jailani al-Hasani al-Husaini ra.. Tahqiq wa Dirasah Tafsir Surat Al-Fatihah wa Al-Baqarah Studi Filologi Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Fatihah dan Al-Baqarah. Al-Futuwwah fi Kaifiyati Akhdzi al-Ahdi wa al-Bai’ah Konsep Pengambilan Bai’at Dalam Tarekat al-Qadiriyah. Berikut Hasil Penelitian Maulana Syeikh Muhammad Fadhil al-Jailani Studi dan Penelitian Kitab Tafsir al-Jailani karya Syekh Abdul Qadir al-Jailani al-Hasani al-Husaini ra.. Studi dan Penelitian Kitab Ghunyah li Thalibi Thariqil Haq karya Syekh Abdul Qadir al-Jailani al-Hasani al-Husaini ra.. Studi dan Penelitian Kitab Al-Fath Ar-Rabbani karya Syekh Abdul Qadir al-Jailani al-Hasani al-Husaini ra.. Studi dan Penelitian Kitab Syarh Shalawat karya Syekh Abdul Qadir al-Jailani al-Hasani al-Husaini ra.. Studi dan Penelitian Kitab Nashaih al-Jailani karya Syekh Abdul Qadir al-Jailani al-Hasani al-Husaini ra.. Studi dan Penelitian Kitab Ushuluddin karya Syekh Abdul Qadir al-Jailani al-Hasani al-Husaini ra.. Studi dan Penelitian Kitab Al-Mukhtashar fi Ulumiddin karya Syekh Abdul Qadir al-Jailani al-Hasani al-Husaini ra.. Dan beberapa hasil Studi dan Penelitian kitab-kitab karya Syekh Abdul Qadir al-Jailani al-Hasani al-Husaini ra. yang sudah tercetak sekitar 24 kitab dan beberapa lebih dari 48 kitab dalam proses penelitian. Karomah Maulana Syeikh Muhammad Fadhil Al-Jilani Syekh Muhammad Fadhil al-Jilani dan KH Musthofa Aqil Siroj memiliki hubungan sangat dekat sekali. Hal ini dikarenakan setiap kunjungan Syekh Fadhil ke Indonesia pasti akan mampir ke rumah Kiai Musthofa. Bahkan Syekh Fadhil pernah mengatakan bahwa Kempek adalah rumah kedua beliau. Begitu pula KH Musthofa Aqil, beliau bersama istri, Nyai Shobihah Maimoen Zubair pernah bersilaturrahmi ke rumah Syekh Fadhil di Turki. Selain itu, setiap kunjungan Syekh Fadhil di Kempek pasti dihadiri oleh ribuan orang yang ingin mendapatkan berkah dan karomah dari cucu ke-25 Sulthonul Auliya Syekh Abdul Qadir Al-Jailani. Banyak orang yang merasakan karomah Syekh Fadhil, di antranya pengasuh Pesantren KHAS Kempek Cirebon, KH Muhammad Musthofa Aqil Siroj. Berikut beberapa karomah Syekh Fadhil menurut Kiai Musthofa Aqil seperti yang beliau ceritakan dalam ceramahnya Pertama, ketika untuk pertama kalinya Syekh Fadhil berkunjung ke Kiai Musthofa Aqil. Kemudian Syekh meminta menginap di rumah Kiai Musthofa. Di mana pada malam itu, sebenarnya Kiai Musthofa punya jadwal pengajian di daerah Majalengka. Kiai Musthofa merasa bingung antara menemani Syekh di rumah atau meninggalkan Syekh, demi menghadiri pengajian tersebut. Dalam keadaan demikian, tiba-tiba ada telepon dari panitia bahwa di Majalengka sedang hujan besar. Jadi saran panitia, lebih baik Kiai Musthofa tidak usah mengisi pengajian. “Alhamdulillah, Allah telah memberi keputusan untuk tetap bisa bersama dengan Syekh Fadhil di rumah,” kata Kiai Musthofa. Kedua, pada hari Sabtu sekitar jam 12, Syekh Fadhil permisi pulang. Setelah Syekh pergi, Ustadz Rohim menelpon Kiai Musthofa bahwa Syekh minta madu. Lantas beliau mengirim seseorang untuk mengantarkan madu tersebut kepada Syekh di Tol Kanci. Setelah itu, Kiai Musthofa masuk ke rumah dan berwudlu untuk melaksanakan shalat dzuhur. Setelah selesai, tiba-tiba ada tamu mengetuk pintu rumah. “Tok tok tok, Assalamu’alaikum.” Lalu dijawab oleh Kiai Musthofa, “Wa’alaikumussalam,” jawab Kiai Musthofa. Kemudian dibuka pintunya, “Silakan masuk, dari mana pak?,” tanya Kang Muh. “Saya dari Riau, membawa madu untuk Kang Muh” jawabnya. Subhanallah, kata Kiai Musthofa, madu yang saya kirim kepada Syekh belum sampai diterima oleh beliau tetapi Allah sudah memberikan balasan madu satu wadah besar kepada saya. Ketiga, pertengahan tahun 2010, tepatnya pagi hari Jumat, Syekh Fadhil dengan Ustadz Rohim datang ke Kempek. Kemudian diadakan pertemuan yang dihadiri sekitar 400 kiai, bertempat di sebuah gudang yang dibuat menjadi ruang pertemuan dan di depan gudang merupakan tanah milik orang lain. Ketika selesai dari pertemuan, Kiai Musthofa matur kepada Syekh, “Ya Syekh berdoalah kepada Allah supaya tanah ini menjadi pondok pesantren.” Kemudian Syekh tersenyum. Kiai Musthofa paham isyarat tersebut, bahwa mana mungkin tanah milik orang lain mau dijadikan pondok. Kemudian Syekh mengangkat kedua tangannya dan berdoa. Setelah Syekh Fadhil pulang pada hari Sabtu, kemudian pada hari Senin setelah Ashar, sekitar jam 5 sore, orang yang punya rumah di depan bengkel itu datang meminta Kiai Musthofa membelinya karena rumah tersebut hampir roboh. Lantas, rumah itu dibeli. Ternyata, tetangga-tetangga yang lainnya juga rumahnya ingin dijual kepada Kiai Musthofa. Akhirnya, atas berkah doa Syekh Fadhil, hajat Kiai Musthofa Aqil terkabul. Setengah tahun kemudian, gudang itu dibangun aula al-Ghadier dan dimulai pembebasan tanah. Sehingga sekarang area ini telah menjadi Pondok Pesantren sebagai tempat santri mengaji. Redaksi Aktual Dalam kajian tasawuf, syekh Abdul Qadir al-Jailani merupakan sosok yang tak asing lagi. Orang-orang sufi menyebutnya sebagai Sulthanul Aulia, raja para wali, sedangkan di Barat dikenal sebagai Shultanof of The Saints, raja orang-orang suci. Kisah Syekh Abdul Qadir al-Jailani ini menarik untuk dibincangkan, karena karomah-karomah melegenda yang dimilikinya. Hal tersebut tak lepas atas ikhtiarnya menjadi hamba yang takwa kepada Allah SWT sekaligus manusia pilihan untuk menebar teladan umat manusia bagi mereka yang mau mengambil hikmah. Kendati Nabi Muhammad SAW merupakan khatamul anbiya penutup para nabi, hakikatnya Allah tidak pernah berhenti mengutus orang-orang pilihan untuk memberi petunjuk kepada manusia yang tersesat. Manusia pilihan itu disebut dengan para wali yang kedudukan derajatnya tetap lebih unggul para nabi dan rasul. Syahdan, atas izin Allah para wali ini memiliki karomah-karomah atau sesuatu kejadian luar biasa yang bisa dikatakan tak masuk nalar manusia yang hanya terjadi kepada mereka berpangkat waliyullah atau kekasih Allah. Memang, bukan hanya para wali yang dapat melakukan hal-hal di luar nalar manusia. Para dukun, penyihir, dan mereka yang memiliki ilmu gaib juga bisa seolah-olah memiliki karomah. Namun, itu sesuatu yang berbeda. Para wali menggunakan karomahnya untuk mengajak manusia pada kebenaran Tuhan, tidak meminta agar disembah, kesaktiannya tidak bertujuan menyakiti orang lain, mencegah kemungkaran di muka bumi, dan sebagai pertunjukkan adanya keagungan Allah yang diberikan kepada manusia. Sebaliknya, mereka yang bukan wali menggunakan kelebihannya mengajak pada kemusyrikan, melukai orang lain, dan kesesatan lainnya yang jauh dari nilai-nilai kebenaran. Dari sekian banyaknya karomah yang dimiliki Syekh Abdul Qadir al-Jailani, penulis hanya mencatat tiga karomah. Pertama, dimulai dari rekam jejaknya saat dalam kandungan, yaitu al-Jailani seorang anak yang dilahirkan dari perempuan yang usianya sangat renta, yaitu 60 tahun. Padahal, usia tersebut sangat tidak memungkinkan bagi Wanita yang dapat melahirkan secara normal dan sehat, tetapi ini kehendak Allah yang telah mengatur segalanya. Konon, sejak bayi al-Jailani telah berpuasa. Tatkala bayi yang kerap menangis saat kehausan, saat puasa al-Jailani enggan menyusu sampai waktu maghrib tiba ia baru kemudian menangis. Tanda bukti, ia berbuka dan meminta untuk menyusu. Sampai-sampai orang di sekitarnya kerap bertanya pada ibu al-Jailani untuk memastikan waktu Ramadhan, yang mana zaman dahulu masih sulit menentukan terlihat atau tidaknya hilal. Kedua, saat usia al-Jailani menginjak remaja ia hendak membajak sawah di ladang dengan seekor sapi. Tiba-tiba seekor sapi dapat berbicara seperti halnya manusia, sapi itu mengatakan, “Hai Abdul Qadir, engkau tidak dijadikan untuk ini dan tidak diperintahkan Mendengar itu, ia ternganga dengan keajaiban yang ada. Ini mungkin peristiwa aneh, tapi demikian Allah Maha Berkehendak. Alhasil, al-Jailani berpamitan pada ibunya untuk meminta izin menuntut ilmu. Ibunya, bertanya mengapa putranya tiba-tiba berpikir demikian. Al-Jailani menceritakan kisahnya, sang ibu terharu dan menyadari anaknya tidak dilahirkan menjadi orang biasa, melainkan ditakdirkan memiliki derajat mulia sebagaimana waliyullah. Al-Jailani menuntut ilmu, dengan berbagai suka dan duka, hingga tumbuh menjadi seorang ilmuwan dan sufi yang dikagumi banyak orang. Ketiga, berdasarkan dari sumber menurut Syaikh Ja’far al-Barzanji sebagaimana yang dijelaskan dalam karangannya yang berjudul Al-Lujain Ad-Dhani. Kisah seorang Wanita yang menitipkan anaknya untuk belajar dan mengabdi kepada Syekh Abdul Qadir. Namun, suatu hari ibu tersebut menjumpai anaknya sangat kurus dan tidak terurus tengah memakan roti yang kasar. Hal itu dikarenakan, tirakat yang harus ditempuh suluk agar mujahadah, melawan hawa nafsu. Melihat itu, ibunya marah kepada Syekh Abdul Qadir yang justru sedang menikmati tulang belulang ayam. Lantas Syekh Abdul Qadir mengumpulkan tulang-tulang tersebut, atas izin Allah tulang ayam yang remuk tadi, berwujud menjadi ayam hidup. “Jika anakmu sudah dapat seperti ini, ia boleh makan apapun yang dikehendaki,” ujar Syekh Abdul Qadir. Demikian tiga dari sekian banyak karomah yang dimiliki Syekh Abdul Qadir al-Jailani. Kiranya dari adanya karomah tersebut, kita dapat mengambil hikmah. Yakni, siapapun yang bisa mengistimewakan Allah mengabdikan diri dari segala kehidupannya, maka Allah akan mengistimewakan manusia tersebut atas izinnya. Para wali merupakan orang-orang yang mengistimewakan Allah di atas segala-galanya, dunia yang fana tidak mampu menggoyahkan hatinya untuk terus memprioritaskan hatinya hanya berzikir menyebut Allah yang esa. Indramayu, NU OnlineSyekh Fadhil al-Jailani, cucu sekaligus peneliti karya-karya fenomenal Syekh Abdul Qodir al-Jailani, berpesan kepada umat Islam untuk melaksanakan ziarah ke makam orang yang telah wafat, khususnya para ulama dan kekasih ulama yang berdomisili di Turki ini, doa dari orang-orang hidup akan sampai kepada orang-orang yang sudah meninggal dunia, utamanya orang-orang shalih dan para wali Allah. “Meski jasadnya sudah dukubur dalam tanah, namun beliau-beliau itu tahu ada orang-orang berziarah, dan mendengar apa yang diucapkan oleh orang-orang yang berziarah di kuburnya,” menyampaikan hal itu saat member taushiyah di sela-sela ziarah ke makam tokoh NU Jawa Barat KH Afandi Abdul Muin Syafi'i yang akrab disapa Abah Afandi yang wafat sebulan lalu, di Indramayu, Jawa Barat, Jumat 2/9.“Sudah semestinya muslimin berziarah ke makam-makam para wali dan ulama untuk bertawassul mendekatkan diri pad Allah subhanahu wata’ala. Karena sejatinya beliau-beliau hanya jasadnya saja yang meninggalkan dunia fana ini," antara tanda-tanda amal para ahli surga, papar Syekh Fadhil, adalah orang-orang yang cinta ilmu syariat, pelayan para pencari ilmu, dan pembimbing ibadah masyarakat. “Saya tahu almahfurlah Syekh Afandi Abdul Muin adalah bagian dari golongan tersebut, apalagi almarhum ini punya amal jariyah berupa besar anak-anak shalih yang berpendidikan tinggi yang selalu mendoakan orang tuanya. Karenanya insyaallah almarhum adalah ahli surga," tutur Syekh Fadhil yang juga doktor ilmu Al-Qur'an itu, seraya diamini oleh Syekh Fadhil di kediaman keluarga Abah Afandi di Pesantren Asy-Syafi'iyyah Kedungwungu Krangkeng, Indramayu, Jawa Barat diterima sejumlah keluarga dan para kiai daerah diawali doa bersama di rumah almarhum, kemudian tahlilan di Maqbarah Abah Afandi. Kesempatan itu pun tidak disia-siakan oleh ratusan warga dan para santri untuk turut berziarah di makam Abah Afandi bersama cucu sulthanul auliya’ tersebut. Ahmad/Mahbib Mengenal Abdullah Saeed, Mufasir Kontemporer Kaya Ilmu Ilustrasi/Hidayatuna – Syekh Mikhlaf al-Aliy menceritakan bahwa suatu ketika Syekh Abdul Qadir Al-Jailani berkata di depan murid-muridnya bahwa beliau akan menunjukkan karomah terbesar yang beliau miliki.“Hari Jumat besok aku akan menampakkan pada kalian karomah terbesarku,” kata Syekh Abdul Qadir saja berita ini segera menyebar pada seluruh muridnya dan masyarakat luas. Mereka sangat penasaran menyaksikan langsung apa karamah terbesar yang dimiliki Syekh Abdul Qadir yang memang dikenal sebagai seorang wali dan dikaruniai banyak sekali Jumat pun tiba. Masyarakat berbondong-bondong datang ke masjid. Tentu saja niat mereka kali ini bukan lagi sekedar menunaikan kewajiban Jumat, melainkan juga ingin menyaksikan apa karomah terbesar Syekh Abdul menyelesaikan rangkaian ibadah Jumat, Syekh Abdul Qadir naik mimbar. Ia bertanya pada semua hadirin,“Apakah kalian sudah melihat karamahku?” Mereka menjawab, “Kami tidak melihat apapun.”Beliau berkata, “Sekarang aku ingin bertanya pada kalian, dan tolong jawab dengan jujur. Apakah kalian pernah melihatku meninggalkan salat fardhu?”Mereka menjawab, “Tidak pernah.”“Pernahkah kalian melihatku meninggalkan puasa Ramadhan?”“Tidak.”“Pernahkah melihatku berbohong? Pernahkah kalian melihatku mengambil hak orang lain? Pernahkah kalian melihatku bergunjing?”“Tidak.”“Apakah salat yang aku kerjakan berbeda dengan salat yang Rasulullah kerjakan?”“Tidak”.“Apakah khotbahku berbeda dengan khutbah Rasulullah?”“Tidak.”“Itulah sesungguhnya karamah terbesarku, istikamah.”الاستقامة أكبر كرامة“Istiqamah adalah karamah terbesar.”Jangan sibukkan diri untuk mendapatkan berbagai karamah zhahir. Sibukkanlah diri dengan meraih karamah batin ; انْشَغَلَ بِالْكَرَامَةِ حُجِبَ عَنْ رَبِّ الْكَرَامَةِ“Siapa yang sibuk dengan karamah, terhijab dari Rabb yang memberikan karamah.”احْذَرُوا الشَّهْوَة الْخَفِيَّةَ فىِ الْعِبَادَةِ“Waspadai syahwat terselubung dalam beribadah.”Demikian kisah mengenai karomah terbesar dari Syekh Abdul Qadir Al-Jailani. Wallahu a’lam bisshowab. []

karomah syekh fadhil al jailani