Berikutpetikan dari kitab As-sirr al-Abhar Ahmad at-Tijani yang menyangkut berbagai tata tertib, aturan dan dzikir dalam tarekat ini: "Anda haruslah seorang muslim dewasa untuk melaksanakan awrad, sebab hal (awrad) itu adalah karya Tuhannya manusia. Di antara karomah Syekh Syadzili adalah, pada suatu ketika dalam satu majlis beliau 2 abdul Abbas ahmad bin Muhammad bin mukhtar at-tijani. Lahir di ' Ain mahdi tahun 1150 H / 1737 M dan wafat tahun 1230 H / 1815 M. ia merupakan pendiri tarekat tijaniyah. 3. sidi Muhammad bin ali As-Sanusy. Lahir di tursi tahun 1206 H / 1791 M. ia merupakan pendiriri tarekat sanusyah. 4. Asy- syekh Muhammad Amin Al-kurdi. MenurutKH. Fauzan, penegasan Syekh Ahmad al-Tijani ini merupakan pertanggung jawaban yang terbuka, lapang dada dan menyeluruh terhadap ajaran yang dikembangkannya Sedangkan KH. Badruzzaman melihat bahwa penegasan Syekh Ahmad al-Tijani tadi menunjukan pertaggung jawabannya bahwa segala sesuatu yang diungkapkannya mempunyai dasar-dasar syari'at. DNA3JENDRAL Wiridan Jadi Orang Kaya - Blogger Khazanah ilmu SyekhIsmail Usman A z-Zein termasuk salah satu ulama' yang ' Alim sekaligus ' Allamah pada zamannya. Kemasyhuran dan kebesaran beliau di mata para ulama begitu tinggi dan terkenal sampai ke Mesir, Yaman, Malaysia, Brunei Darussalam dan Indonesia, sehingga tak ayal lagi kalau banyak santri da n murid beliau menjadi ulama' besar, sebagai penerus perjuangannya yang tidak lain hanya untuk Vay Tiền Nhanh Ggads. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Sayyidi Ahmad Tijani dilahirkan pada tahun 1150H/1737M, di desa 'Ain Madhi yang terletak di Negara Al Jazair; tempat para pendahulu beliau. Kakek beliau yang ke empat Sayyid Muhammad bin Salim pernah berpisah bersama keluarga dari desa 'Abdah yang berada di penghujung kota Magrib atau Maroko ke Bani Tijanah dan menikah dengan gadis daerah sana, sehingga anak cucu keturunannya dikenal dengan "Tijaniyyin."Nama lengkap beliau adalah Abu Al-Abbas Ahmad Ibn Muhammad Ibn Mukhtar Ibn Ahmad Ibn Muhammad Ibn Salam Ibn Abi Al-Id Ibn Salim Ibn Ahmad Al-'Alawi Ibn Ali Ibn Abdullah Ibn Abbas Ibn Abd Jabbar Ibn Idris Ibn Ishak Ibn Zainal Abidin Ibn Ahmad Ibn Muhammad Al-Nafs Al-Zakiyyah Ibn Abdullah Al-Kamil Ibbn Hasan Al-Musana Ibn Hasan Al-Sibti Ibn Ali Ibn Abi thalibSebagaimana kebanyakan manusia pilihan Allah SWT, syekh at-Tijani sudah hafal al- Qur'an ketika masih umur belia, yaitu ketika usianya 7 juga dengan giat mempelajari ilmu-ilmu keagamaan Islam seperti ilmu Ushul,Furu' danAdab,sehingga ketika beliau remaja sudah dapat mengajarkan ilmu-ilmu ia berumur 21 tahun beliau mulai memasuki dunia Ahmad at-Tijani pernah mendalami tarekat Qadiriyyah Abd al-Qadir Jailani di Fas,akan tetapi tarekat Qadiriyyah ini beliau tarekat Qadiriyyah,beliau juga pernah mengambil tarekat Khalwatiyyah dari AbiAbdillah bin abd al-Rahman al-Azhari ,kemudian tarekatNashiriyyah dan tarekat Sayyid Muhammad al-Habib bin Muhammad,akan tetapi tarekat inipun beliau tinggalkan Nampaknya Syekh Ahmad at-Tijani belum menemukan mutiara hikmah dalam proses pencarian nilai-nilai spiritualnya. Sebelum mengembangkan tarekatnya secara mandiri, Syekh Ahmad at-Tijani menemui beberapa Wali Quthub, diantaranya adalah Sayyid Muhamad bin Hasan al-Wanjali,beliau adalah seorang tokoh dari tarekat al-Syaziliyah yang memberitahukan kepada Syekh Ahmad at- Tijani bahwa beliau akan menemukan kedudukan sebagaial-Quthbul Quthub lainnya yaitu Syaikh Maulana al-Thayyib bin Muhammad bin Abdillah bin Ibrahim al-Yamlahi. Al-Thayyibadalah salah satu guru yang diakui oleh at-Tijani menemui Sayyid Abu Abbas Ahmad berkatanya "tetaplah berkhlawat,menyendiri dan berzikir. Sabarlah,sehingga Allah memberikan futuh kepadamu, Sesungguhnya dirimu akan mendapatkan kedudukan yang juga berkata kepada at-Tijani"tetapkanlah zikir ini dan abadikan, tanpa harus khalwah dan Allah akan memberikan futuh kepadamu atas keadaan tersebut. Ciri dari tarekat Syaikh Ahmad al-Tijany adalah anggota tarekat tidaklah harus ber- khalwah atau menyendiri hal ini bisa jadi merupakan pengaruh dari perkataan al-Thawwas yang pernah disampaikan Syekh Ahmad At Tijani dalam mengembangkan tasawufSyekh Ahmad at Tijani telah mengembangkan tradisi tasawuf yang tidak mengabaikan isu-isu sekuler. At - Tijani memiliki pandangan positif terhadap dunia untuk mendorong kedinamisan masyarakat untuk kemaslahatan masyarakat luas. Meskipun tarekat Tijaniyyah baru muncul pada abad ke-18, tidak mengherankan jika tarekat ini berkembang sangat pesat dan menyebar ke seluruh dunia mistisisme filosofis bukanlah tugas yang mudah. Karena penelitian ini sudah memasuki ranah berpikir. Dan Tariqa, khususnya umat Islam pada umumnya, yang memiliki kemauan dan kemampuan untuk memasuki wilayah tersebut sangat ini terlihat dalam sejarah perkembangan pemikiran Islam, khususnya di bidang tasawuf, dan banyak umat Islam yang menganggap tasawuf filosofis sebagai sebuah pemikiran yang menyimpang dari ajaran syariat tasawuf filosofis yang dikembangkan oleh Syekh Ahmad di Tijani terkait dengan Macam yang dilihat oleh Nabi Muhammad. Kedua hal ini dibahas oleh para sufi filosofis seperti Al-Giri, Ibn al-Farid, dan Ibn Arabi. Dalam gagasan sufi ini, Syekh Ahmad al- Tijani mengembangkan amalan Syekhwat Willid Tariqa, yaitu Syekhwat Fatty dan Syekhwat Jaurat Alkamal. Gagasan dasar kebenaran dalam Al Muhammadiyah tidak hanya kontroversial, tetapi juga kompleks. Berdasarkan hal ini, tidak mengherankan jika Syekh Ahmadal-Tijani memberikan "abaaba" kepada semua orang, termasuk murid-muridnya yang ingin tahu lebih banyak tentang dirinya dan Syeikh Ahmad Al-Tijany sebenarnya beliau tidak pernah secara langsung menulis sebuah karya intelektual yang menjadi pokok pikiran beliau. Beberapa pokok pikiran beliau yang tersebar dalam beberapa kitab adalah penyampaian atau jawaban beliau dalam menghadapi pertanyaan-pertanyaan dari murid-murid beliau, yang kemudian ditulis oleh kitab Faid al-Rabbani fi al-Tafsiri wa al-Haditth. Kitab ini berisikan semua penafsiran beliau tentang beberapa ayat yang ada dalam al-Quran yang pernah ditanyakan oleh murid- murid ini juga mengulas tentang penjelasan dari beberapa hadis yang juga pernah ditanyakan oleh murid-murid beliau. Tentunya penafsiran atau penjelasan tentang ayat ataupun hadis ini sangat berkaitan erat dengan pengalaman spiritual dan landasan tasawuf TERHADAP ULAMA SUFI LAINNYA Pada masa awal Islam, perkembangan dan dampak Tariqa hanya dikenal dua kali. Jenis aliran, yaitu pertama, tarekat kenabian, tarekat Muhammadiyah atau Tarekat Syar'iyah, sebuah amalan yang diilustrasikan langsung dari Nabi SAW untuk umat Umumnya dilaksanakan murni tanpa campur tangan dari lain. Kedua, tarekat Salafi, praktik khusus yang diajarkan oleh Nabi. Biasanya dilakukan oleh teman dan kaus kaki untuk tujuan perawatan Dalam konstruksi Syari'at Rasulullah Saw, Tariqa disebut Tariqa pertemuannya dengan AT tayyib, Sheikh Ahmad al Tijani mengambil Wirid darinya. Bahkan dalam gelarnya At Tayyib Syekh Ahmad At Tijani telah memberikan izin untuk melakukannya untuk memberikan Talqin kepada siapa saja yang ingin mengambil wiridnya. Namun Syekh Ahmad At Tijani menolak hak talqin karena pada saat itu, saya masih memiliki ambisi saya sendiri, dan saya tidak melakukannya. Saya tertarik untuk memelihara salah satu dari jenis dibangun di atas dasar tasawuf Syekh Ahmad al-Tijani Pembentukan dua bentuk tasawuf tasawuf praktis dan tasawuf filosofis. Dengan kata lain, Syekh Ahmad Artigiani menggabungkan kedua pola tersebut. Tasawuf disebutkan dalam ajaran Tariqa. Kekhawatiran penelitian Mistisisme filosofis, tidak sederhana, untuk penelitian Ini masuk ke ranah pemikiran dan lebih dari itu ke Tariqa Muslim umum dengan kemauan dan kemauan Akses ke area ini sangat dibatasi. Keterbatasan ini tercermin dalam sejarah perkembangan banyak umat Islam, khususnya dalam bidang pemikiran Islam, tasawuf menilai bahwa mistisisme filosofis dianggap pemikiran Itu menyimpang dari ajaran hukum KH. Forzan, Afirmasi Sheykh Ahmad At Tijani adalah tanggung jawab yang terbuka, terbuka dan terbuka. Secara menyeluruh ajaran yang ia kembangkan selama KH. Badruzzaman sebelumnya melihat klaim Syekh Ahmad At Tijani tunjukkan semua tanggung jawabnya. Ia mengatakan dia memiliki dasar-dasar Syariah. Penegasan dari KH. Badr Zaman ini didasarkan pada pengalamannya menganalisis Syekh Ahmad al Tijani dan Tariqa-nya. Sebelum merintis pengembangan ajaran Tariqa Tijaniyyah, ia adalah "musuh keras kepala" Tariqa. Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya Oleh Dr. KH. Ikyan Badruzzaman Nama Syekh Ahmad al-Tijani 1150-1230 H, 1737-1815 M dikenal di dunia Islam melalui ajaran thariqat yang dikembangkannya yakni Thariqat Tijaniyah. Untuk mengetahui kehidupan Syekh Ahmad al-Tijani, penulis menelusurinya melalui Kitab-kitab yang memuat kehidupan dan ajaran Syekh Ahmad al-Tijani terutama kitab-kitab yang di tulis Khalifah Syekh Ahmad al-Tijani diantaranya kitab Jawahir al-Ma`ani Mutiara-mutiara Ilmu. tulisan Syekh Ali Harazim. Dalam kitab-kitab yang menulis kehidupan Syekh Ahmad al-Tijani, disepakati bahwa Syekh Ahmad al-Tijani, dilahirkan pada tahun 1150 H. 1737 M. di `Ain Madi, sebuah desa di Al-jazair. Mengenai tanggal kelahirannya sampai sekarang belum diketahui secara pasti. Secara geneologis Syekh Ahmad al-Tijani memiliki nasab sampai kepada Rasulullah saw. lengkapnya adalah Abu al-Abbas Ahmad Ibn Muhammad Ibn Mukhtar Ibn Ahmab Ibn Muhammad Ibn Salam Ibn Abi al-Id Ibn Salim Ibn Ahmad al-`Alawi Ibn Ali Ibn Abdullah Ibn Abbas Ibn Abd Jabbar Ibn Idris Ibn Ishak Ibn Zainal Abidin Ibn Ahmad Ibn Muhammad al-Nafs al-Zakiyyah Ibn Abdullah al-Kamil Ibn Hasan al-Musana Ibn Hasan al-Sibti Ibn Ali Ibn Abi Thalib, dari Sayyidah Fatimah al-Zahra putri Rasuluullah saw. Nama al-Tijani diambil dari suku Tijanah yaitu suatu suku yang hidup di sekitar Tilimsan, Aljazair; dari pihak ibu, dan Syekh Ahmad al-Tijani berasal dari suku tersebut. Keluarga Syekh Ahmad Al-Tijani adalah keluarga yang dibentuk dengan tradisi taat beragama. Dikatakan, bahwa ayah Syekh Ahmad al-Tijani adalah seorang ulama yang disiplin menjalankan ajaran agama. Ketika Syekh Ahmad al-Tijani memasuki usia balig dinikahkan oleh ayahnya. Sejak usia berapa tahun beliau menikah? Dalam kitab-kitan yang menulis riwayat hidup Syekh Ahmad al-Tijani tidak dijelaskan. Namun apabila dihubungkan dengan tahun meninggal kedua orang tuanya, mereka meninggal berturut-turut pada tahun yang sama yakni tahun 1166 H. Diduga beliau nikah antara usia 15-16 tahun, sebab beliau lahir pada tahun 1150 H. Dari hasil pernikahannya beliau mempunyai dua orang putra yakni Muhammad al-Habib dan Muhammad al-Kabir yang kelak secara berturut-turut memimpin zawiyah pesantren Sufi yang beliau dirikan. Mengenai tempat meninggalnya, dalam kitab-kitab yang menulis Syekh Ahmad al-Tijani, disepakati bahwa beliau wafat di kota Fez Maroko. Hal ini bisa dimengerti karena sebagaimana akan dilihat nanti, di kota ini Syekh Ahmad al-Tijani mempunyai kesempatan untuk mengembangkan ajarannya dengan dukungan penguasa. Dengan demikian tidak ada alasan bagi beliau untuk meninggalkan Maroko. Sebagaimana tempat wafatnya, tahun wafatnyapun disepakati, yakni beliau wafat pada tahun 1230 H., dengan demikian beliau wafat dalam usia 80 tahun, karena beliau lahir pada tahun 1150 H. Demikian juga mengenai hari dan tanggal wafatnya, disepakati bahwa beliau wafat pada hari Kamis, tanggal 17 Syawal dan dimakamkan di kota Fez Maroko. Adapun Karomah Hissiyah Sayyidi Syeikh Ahmad bin Muhammad At Tijany sangat banyak, diantaranya adalah Ketika beliau dilantik “ Wali Al Quthbaniatul Udzma”, pada bulan Muharram 1200 H. oleh Rasulullah Saw. rumah beliau dikota Fas Maroko Afrika paling barat /Magribi, sedangkan pelaksanaan pelantikannya dijabal Rahmah Padang Arafah. dapat menempuh jarak perjalnan jauh dalam sekejap. Beliau bisa menampakan diri dan memberikan bimbingan pada murid-muridnya di berbagai tempat yang berbeda dan berjauhan dalam waktu yang sama. Pada bulan Muharram 1279 H. 49 tahun setelah beliau wafat dimana pada saat itu terjadi kekeringan yang panjang dan sangat sulit air. dari kubur beliau memancar keluar air susu yang sangat lezat dan banyak, sehingga banyak orang berbondong-bondong datang untuk mengambil dan meminumnya, sampai saat ini susu tersebut masih ada tersisa dimusiumkan dan tetap tidak mengalami perubahan / tidak basi. Rasulullah Saw. sangat mencintai Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijany RA. melebihi cinta seorang ayah kepada seorang anaknya. Barang siapa yang cinta kepada Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijany RA. tidak akan mati kecuali telah menyandang predikat wali Allah. Barang siapa mencela / mencerca / menghujat Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijany RA. kemudian tidak bertobat akan mati kafir hal ini jaminan dan peringatan langsung dari Rasulullah Saw. وقا ل لى يا احمد ان من سبك ولم يتب لا يموت الا كا فرا وان حج وجا هد ، قلت له يا رسول الله ان العا رف با لله سيد ى عبد الرحمن الشا مى ذ كر ان الحج لا يموت على سوء الخا تمه ،قا ل لى سيد ى الوجود يا ا حمد من سبك ولم يتب ما ت كا فرا ولوحج وجا هد ، يا ا حمد كل من سعى في هلا كك فأنا غضبا ن عليه ولم تكتب له صلاته ولاتنفعه ، الفيض الرباني 28 “Berkata kepadaku Rasulullah Saw. Ya Ahmad, sesungguhnya barang siapa mencelamu dan tidak bertobat tidak akan mati kecuali dalam kekafiran, walau haji dan berjihad. Saya berkata Ya Rasulallah, sesungguhnya Al Arif billah Sayyidy Abdurrahman As Syami mengatakan bahwa orang yang haji tidak akan mati su’ul khatimah, berkata kepadaku Sayyidul Wujud Rasulullah Saw. Ya Ahmad, barang siapa mencelamu dan tidak bertobat, maka ia pasti mati kafir walaupun ia haji dan berjihad. Ya Ahmad barang siapa yang berusaha mencelakakanmu akulah yang marah kepadanya, dan tidak akan dicatat sholatnya, serta tidak akan membawa manfaat baginya”. al Faidl al Rabbani 28. Hal tersebut diatas sesuai dengan hadits qudsi من عا د ى لى وليا فقد اذنته با لحرب . رواه البخاري “Barang siapa menyakiti wali-Ku, maka kuumumkan perang kepadanya”.HR. Buhori. Adakah orang yang mampu dan menang jika perang melawan Allah Swt ? Dan masih banyak lagi karomah-karomah lain dan masyhur, diantara para sahabat dan murid-muridnya 4. Amalan-amalan dalam Thariqah At Tijany Ada 2 dua macam amalan dalam Thariqah At Tijany, antara lain Auradul Laazimah / wirid wajib, yang harus di amalkan oleh murid / Ihwan Thariqah At Tijany, diantaranya Wirid Laazim, yaitu Istigfar 100x Sholawat 100x Al Afdlal Sholawat Al Fatih Hailalah laailaaha illallah 100x Dikerjakan 2x sehari semalam, pagi dan sore. Pagi dimulai selesai sholat subuh sampai waktu ashar paling lambat sampai maghrib. Kalau belum sempat dikerjakan ada udzur syar’i bisa di qodha’ dimalam hari. Untuk wirid sore dimulai selesai sholat ashar sampai terbit fajar. Untuk wirid pagi hari bisa di takdim yaitu dilakukan malam hari dengan catatan harus selesai sebelum masuk waktu shalat subuh. Dzikir Wadzifah, yaitu Istigfar 30x Sholawat Al fatih 50x tidak bisa diganti dengan shalawat lain Hailalah laailaaha illallah100x Shalawat Jauharotul kamal 12x bisa diganti Shalawat Al Fatih 20x Dikerjakan 1x dalam sehari semalam, jika mampu Istiqomah bisa 2x sehari semalam, waktunya tidak mengikat dari selesai sholat ashar s/d waktu ashar esoknya. Al afdhol malam hari bagi yang melazimkan 1x sehari semalam. c. Dzikir Hailalah laailaaha illallah sebanyak 1000 / 1200 / 1600x. atau tanpa hitungan sampai menjelang adzan maghrib, dikerjakan satu minggu sekali, yaitu setiap hari jum’at selesai sholat ashar. Diutamakan dzikir secara berjama’ah jika tidak ada udzur Syar’i. caranya berjama’ah dzikir wadzifah dulu, lalu dzikir Hailalah, diutamakan lagi agar selesai pas menjelang adzan maghrib. Catatan Untuk wirid Lazimah dan dzikir wadzifah jika udzur dan tidak dilaksanakan, misalnya dalam perjalanan dan sebagainya , maka wajib qadla’. Sedangkan dzikir hailalah jum’at tidak wajib qadla’, Cuma jangan sampai dilalaikan, karena meninggalkan wirid sebab lalai itu dosa besar. Orang yang sakit parah dan tidak mampu melaksanakan wirid juga orang yang haid dan nifas tidak wajib qadla’. Dalam melaksanakan wirid harus tartil dan tertib urutan-urutannya jadi tidak boleh diubah, dikurangi maupun ditambah, kalau terjadi kelalaian sampai lebih misalnya hailalah, sholawat, atau istigfar walaupun hanya satu, maka wajib bayar denda masing masing dengan baca istigfar 100x setelah selesai wirid. Jika kurang maka harus dilengkapi kekurangannya dan baca istighfar 100 X sebagai dendanya. Untuk wirid lazim tidak boleh dikerjakan berjamaah, jadi sendiri-sendiri. Sedangkan wadzifah dan hailalah sebisa mungkin harus berjama’ah, jika ada ikhwan di daerah tersebut. Untuk sholawat jauharatul kamal, ada syarat-syarat khusus dalam mengerjakannya antara lain Harus punya wudhu’,tidak bisa dengan tayamum, kalau tidak maka saat wadhifah, jauharatul kamal yang 12x diganti dengan sholawat fatih 20x. Harus dibaca dalam keadaan duduk sempurna, tidak boleh dibaca dalam keadaan berdiri atau tiduran maupun di kendaraan atau di kapal laut, pesawat dan kendaraan lainnya. Suci baik badan, pakaian dan tempat wirid. Tempat wirid harus luas, minimal cukup untuk tempat duduk 7 orang termasuk yang berdzikir. Istihdhar / khusyu’ karena Rasulullah SAW bersama sahabat yang 4 dan Sayyidi Syeikh Ahmad At Tijany RA. hadir pada bacaan yang ke7 sampai selesai. 2 Aurad Ihtiyari Yaitu wirid tambahan, tidak wajib dilakukan, Cuma sangat dianjurkan bagi mereka yang bisa memeliharanya dengan istiqomah, seperti istighatsah, berbagai macam shalawat, hizib-hizib seperti hizbus Saifi, hizbul mughni, hizbul bahar dan lain-lain. Jika ingin mengamalkan harus ada izin dari muqaddam yang berhak memberi izin . Tarekat Tijaniyah didirikan oleh Syaikh Ahmad At-Tijani. Ia dilahirkan pada tahun 1150 H 1737 M di Ain Madi, sebuah desa di Aljazair. Syaikh Tijani memiliki nasab sampai kepada Rasulullah Saw., yakni dari Sayyidah Fatimah Az-Zahra, putri Rasulullah Saw. Nama lengkapnya adalah Abu Al-Abbas Ahmad Ibn Muhammad Ibn Mukhtar Ibn Ahmad Ibn Muhammad Ibn Salam Ibn Abi Al-Id Ibn Salim Ibn Ahmad Al-Alawi Ibn Ali Ibn Abdullah Ibn Abbas Ibn Abd Jabbar Ibn Idris Ibn Ishak Ibn Zainal Abidin Ibn Ahmad Ibn Muhammad Al-Nafs Al-Zakiyyah Ibn Abdullah Al-Kamil Ibn Hasan Al-Musana Ibn Hasan Al-Sibti Ibn Ali Ibn Abi Thalib. Ia meninggal dunia pada hari Kamis, tanggal 17 Syawal tahun 1230 H, dan dimakamkan di Kota Fez, Maroko. Sejak kecil, Syaikh Ahmad At-Tijani telah mempelajari berbagai cabang ilmu, seperti ilmu ushul, fikih, dan sastra. Menginjak usia tujuh tahun, ia sudah hafal Al Qur’an. Dikisahkan, saat usianya masih remaja, Syaikh Ahmad At-Tijani telah menguasai dengan mahir berbagai cabang ilmu agama Islam sehingga pada usia di bawah 20 tahun, ia sudah mengajar dan memberi fatwa tentang berbagai masalah agama. Pada usia 21 tahun, tepatnya di tahun 1171 H, Syaikh Ahmad At-Tijani pindah ke Kota Fez, Maroko, untuk memperdalam ilmu tasawuf. Selama di kota ini, ia menekuni ilmu tasawuf melalui kitab Futuhat Al-Makkiyyah di bawah bimbingan Al-Tayyib Ibn Muhammad Al-Yamhali dan Muhammad Ibn Al-Hasan Al-Wanjali. Al-Wanjali berkata kepada Syaikh Tijani, ”Engkau akan mencapai maqam kewalian sebagaimana maqam Abu Hasan As-Syadzili pendiri tarekat Syadziliyah.” Selanjutnya, Syaikh At-Tijani berguru pada Syaikh Abdullah Ibn Arabi Al-Andalusia. Syaikh Abdullah berkata padanya, ”Semoga Allah membimbingmu.” Kata-kata ini diulang sampai tiga kali. Tak cukup sampai di sini, Syaikh At-Tijani juga berguru kepada Syaikh Ahmad At-Tawwasi dan mendapat bimbingan untuk persiapan masa lanjut dalam bidang tasawuf. Ia menyarankan kepada Syaikh Tijani untuk berkhalwat menyendiri dan berdzikir, sampai Allah memberi keterbukaan futuh. ”Engkau akan memperoleh kedudukan yang agung maqam azim,” kata Syaikh Tawwasi. Ketika memasuki usia 31 tahun, Syaikh Ahmad At-Tijani mulai mendekatkan diri taqarrub pada Allah SWT melalui amalan beberapa tarekat. Tarekat pertama yang diamalkannya adalah Tarekat Qadiriyah, kemudian Tarekat Nasiriyah dari Abi Abdillah Muhammad Ibn Abdillah. Selanjutnya, ia mengamalkan ajaran tarekat Ahmad Al-Habib Ibn Muhammadan, Tarekat Tawwasiyah. Setelah itu, ia pindah ke zawiyah pesantren sufi Syaikh Abdul Qadir Ibn Muhammad Al-Abyadh. Pada tahun 1186 H, ia pergi menunaikan ibadah haji. Ketika tiba di Aljazair, saat berjumpa dengan Sayyid Ahmad Ibn Abdul Rahman Al-Azhari, seorang tokoh Tarekat Khalwatiyah, ia lalu mendalami ajaran tarekat ini. Kemudian, Syaikh Tijani berangkat ke Tunisia dan menjumpai seorang wali bernama Syaikh Abdul Samad Al-Rahawi. Di kota ini, ia belajar tarekat secara lebih intens sambil mengajar tasawuf.

karomah syekh ahmad tijani